BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Sebagian besar kematian anak di Indonesia saat ini terjadi pada masa
baru lahir (neonatal), bulan pertama kehidupan. Kemungkinan anak meninggal pada
usia yang berbeda adalah 19 per seribu selama masa neonatal, 15 per seribu dari
usia 2 hingga 11 bulan dan 10 per seribu dari usia satu sampai lima tahun.
Seperti di negara-negara berkembang lainnya yang mencapai status pendapatan
menengah, kematian anak di Indonesia karena infeksi dan penyakit anak-anak
lainnya telah mengalami penurunan, seiring dengan peningkatan pendidikan ibu,
kebersihan rumah tangga dan lingkungan, pendapatan dan akses ke pelayanan
kesehatan. Kematian bayi baru lahir kini merupakan hambatan utama dalam
menurunkan kematian anak lebih lanjut. Sebagian besar penyebab kematian bayi
baru lahir ini dapat ditanggulangi (UNICEF, 2012: 1)
1
|
Pengamatan Field
yang dikutip David, ahli virologi mulekuler dari Inggris, dalam makalah
berjudul Touch Therapy: Science Confirms Instinct, menyebutkan terapi pijat 30
menit per hari bisa mengurangi depresi dan kecemasan pada bayi sehingga bayi
dapat tidur lebih nyeyak dan tenang. Terapi pijat yang dilakukan 15 menit
selama enam minggu pada bayi usia 1-3 bulan juga meningkatkan kesiagaan
(alertness). Diikuti dengan peningkatan berat badan, perbaikan kondisi psikis,
berkurangnya kadar hormone stres, dan bertambahnya kadar serotonin.
Meningkatnya aktivitas neurotransmitter serotonin ini akan meningkatkan
kapasitas sel reseptor yang mengikat glucocorticoid (adrenalin). Proses ini
menyebabkan terjadinya penurunan kadar hormone adrenalin (hormone stres), dan
selanjutnya akan meningkatkan daya tahan tubuh (Merineherta,2010:2)
Di Indonesia pelaksanaan pijat bayi di masyarakat desa masih dipegang
perananannya oleh dukun bayi. Selama ini, pemijatan tidak hanya dilakukan bila
bayi sehat, tetapi juga pada bayi sakit atau rewel dan sudah menjadi rutinitas
perawatan bayi. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
para pakar telah membutikan bahwa terapi sentuh dan pijat menghasilkan
perubahan fisiologis yang menguntungkan berupa membuat bayi tidur lebih lelap,
karena selama fase bayi, pertumbuhan sel-sel syaraf belum sempurna sehingga
diperlukan waktu tidur yang lebih lama (14 jam/hari) untuk perkembangan syaraf
dan pembentukan sinaps (Hardianto,2013:2)
Pola tidur bayi pada usia enam bulan mulai
tampak mirip dengan orang dewasa. Setelah mengatur periode yang umumnya memakan
waktu 10 sampai 20 menit, tidur bayi berubah tahapnya yaitu dari tahap satu
non-REM menuju tahap tiga atau empat. Bayi mungkin kembali ke tahap satu dan
berputar kembali setelah satu atau dua putaran tidur NREM, REM mulai timbul
setelah 60 sampai 90 menit, Siklus tidur yang lebih sering muncul pada bayi
adalah tahap REM dan menghasilkan tidur yang lebih pendek, sekitar 30%dari
waktu tidur dihabiskan dalam siklus REM. Tidur REM berpengaruh pada kecerdasan
anak, ketika tidur aktif (REM) aliran darah ke otak meningkat, pertumbuhan
sel-sel otak lebih cepat, merangsang fungsi-fungsi otak, restorasi emosi dan
kognitif serta konsolidasi pengalaman yang dialaminya hari itu. Semakin
bertambahnya usia, tidur aktif juga akan semakin berkurang. Karena itu untuk
tumbuh kembang yang maksimal bayi membutuhkan waktu yang cukup untuk tidur.
Mengingat akan pentingnya waktu tidur bagi perkembangan bayi maka kebutuhan
tidurnya harus terpenuhi, agar tidak berpengaruh buruk terhadap
perkembangannya. Oleh karena itu tindakan pemijatan pada bayi sangatlah penting
untuk menentukan kualitas tidur yang tepat untuk pertumbuhan dan perkembangan
bayi. Adapun dampak positif bagi bayi yang telah dipijat yaitu bayi akan tidur
dengan lelap sedangkan pada waktu bangunnya daya konsentrasinya akan penuh (Hardianto,2013:2)
Pijat
bayi adalah terapi sentuhan tertua dan terpopuler yang dikenal manusia, yang
juga merupakan seni perawatan kesehatan dan pengobatan yang dipraktikkan sejak
berabad-abad silam. Pijat bayi telah
lama dilakukan hampir di seluruh dunia termasuk di Indonesia dan diwariskan
secara turun temurun. Sentuhan dan pijat pada bayi setelah kelahiran dapat
memberikan jaminan adanya kontak tubuh berkelanjutan yang dapat
mempertahankan perasaan aman pada bayi. Pijat bayi sudah digunakan sejak dahulu
sebagai teknik pengobatan sederhana dengan sentuhan yang memberikan kenyamanan
bagi tubuh. Sebagai terapi sentuh, pijat bayi pijat bayi secara rutin memberi
rasa rileks sekaligus sebagai cara yang luar
biasa untuk berkomunikasi dan mempererat ikatan emosi antara ibu atau
anggota keluarga lain dengan bayi (Lia,2013:1)
Ilmu kesehatan tentang pijat
bayi ini masih belum diketahui oleh masyarakat, dikarenakan masyarakat masih mempercayakan pijat bayi pada dukun bayi dan
kurangnya pengetahuan masyarakat untuk melakukan pijat bayi kepada tenaga
kesehatan. Faktor lain yang menyebabkan
masyarakat lebih memilih pijat bayi kepada dukun adalah karena faktor adat
istiadat yang masih dipegang teguh dan berkembang secara turun temurun. Di
Indonesia pemijatan tidak hanya dilakukan bila bayi sehat, tetapi juga saat
bayi sakit atau rewel dan sudah menjadi rutinitas perawatan bayi setelah lahir
(Lia,2013:1)
Berdasarkan
data yang diperoleh dari Dines Kesehatan
Kabupaten Bulukumba tahun 2012 terdapat 7106
jumlah bayi ,tahun 2013 tedapat 7141 jumlah bayi, dan pada tahun 2014
terdapat 6883 jumlah bayi. berdasarkan data tahun 2012 jumlah bayi sebanyak
7106 dan tahun 2013 dengan jumlah bayi sebanyak 6883 ini menandakan adanya
penurunan angka yang signifikan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari
Pustu Desa Bontoraja jumlah ibu yang memiliki bayi 0 – 2 tahun pada tahun 2013 Sawere
sebanyak 20 orang ( 35,7% ), dusun Dusuru 16 orang ( 28,5% ), di Dusun
lahumbung 9 orang ( 16,3% ), di Dusun Kampung Beru 7 orang ( 12,5% ) dan di Dusun Bonto Tanae 4 orang ( 7 % )
jumlah keseluruhan 56 orang ( 100% ) ,
tahun 2014 Sawere sebanyak 19 orang ( 39,5% ), dusun Dusuru 10 orang ( 20,8% ),
di Dusun lahumbung 10 orang ( 20,8% ), di Dusun Kampung Beru 3 orang ( 6,4 %)
dan di Dusun Bonto Tanae 6 orang ( 12,5% ) jumlah keseluruhan 48 orang ( 100% )
dan pada tahun 2015 di dusun Sawere sebanyak 16 orang ( 39% ), dusun Dusuru 9
orang ( 21,9% ), di Dusun lahumbung 7 orang ( 17% ), di Dusun Kampung Beru 5
orang (12,4% ) dan di Dusun Bonto Tanae 4 orang ( 9,7% ) jumlah keseluruhan 41
( 100 % ), jadi jumlah keseluruhan dari
5 dusun mulai tahun 2013 sampai 2015 yaitu sebanyak 145 orang.
Dari latar belakang yang
menunjukan bahwa ada banyak manfaat melakukan pemijatan pada bayi namun masih
banyak masyarakat utamanya orang tua yang pengetahuannya kurang tentang tekhnik
memijat bayi yang benar, maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan
penelitain mengenai Gambaran Pengetahuarin Ibu Tentang tekhnik memijat bayi
yang benar usia 0 – 2 tahun di Desa
Bontoraja Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan uraian dalam latar
belakang tersebut diatas dapat
dirumuskan suatu masalah sebagai berikut ;
“bagaimana gambaran pengetahuan ibu tentang teknik memijat bayi yang
benar usia 0 – 2 tahun di Desa Bontoraja Kecamatan Gantareng Kabupaten
Bulukumba?”.
C.
TUJUAN
PENELITIAN
1. Tujuan
umum
Untuk mengetahui
gambaran pengetahuan ibu tentang teknik memijat bayi yang benar usia 0 – 2
tahun di Desa Bontoraja Kecamatan Gantareng Kabupaten Bulukumba.
2.
Tujuan khusus
a. Untuk
mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang teknik memijat bayi dalam kategori
baik di Desa Bontoraja Kecamatan
Gantareng Kabupaten Bulukumba.
b.
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan
ibu tentang teknik memijat bayi dalam
kategori cukup di Desa Bontoraja
Kecamatan Gantareng Kabupaten Bulukumba.
c. Untuk
mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang teknik memijat bayi dalam kategori
kurang di Desa Bontoraja Kecamatan
Gantareng Kabupaten Bulukumba.
D.
MANFAAT
PENELITI
1. Bagi
institusi pendidikan
Penelitian ini
diharapkan dapat memberi manfaat khususnya dalam memperbanyak referensi tentang
teknik memijat bayi yang benar dan sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya
2. Bagi
ibu
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan motivasi khususnya pada ibu tentang teknik memijat
bayi yang benar dan bagi masyarakat luas pada umumnya di Desa Bontoraja
Kecamatan Gantareng Kabupaten Bulukumba
3. Bagi
peneliti
Penelitian ini sangat berguna untuk
menambah pengalaman dan wawasan dalam penelitian serta sebagai bahan untuk
menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama kuliah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
TINJAUAN UMUM
TENTANG PENGETAHUAN
1. Definisi Pengetahuan
Menurut Wawan dan dewi (2010:11), pengetahuan adalah merupakan
hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan pengindraan terhadap
suatu objek tertentu, pengindraan terhadap objek terjadi melalui panca indra
manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciumana, rasa dan raba dengan
sendiri.
Menurut
Notoatmodjo (2012;147), pengetahuan adalah hasil ’tahu’ dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap
suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni:
indra penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Karena dari
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan
akan lebih langgen daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
2. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut
Notoatmodjo (2012:148)
faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi
pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan
pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi,
baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang
masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.
b. Informasi
/ Media Massa
Informasi yang diperoleh baik dari
pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan
perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia
bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat
tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa
seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang.
Dalam penyampaian informasi sebagai
tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang
dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal
tersebut. Informasi yang dimaksud disini adalah informasi
yang didapatkan ibu tentang kehamilan, persalinan, nifas dan persiapan laktasi.
c. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap
dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula
daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat
dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya
upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih
banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan
masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia
ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup :
1)
Semakin tua semakin bijaksana, semakin
banyak informasi yang dijumpai dan
semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.
2)
Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru
kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun
mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya
usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata
dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan
menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia. Usia yang dimaksud disini
adalah usia ibu post partum.
3.
Tingkatan
Pengetahuan
Menurut
Notoatmojo (2011:148)
pengetahuan yang cukup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu :
a. Tahu
(know)
Tahu diartikan
sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke
dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau dirangsang yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami
(Comprehension)
Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan
untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham
terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan dan menyebutkan.
c. Aplikasi
(Aplication)
Diartikan sebagai sesuatu kemampuan
untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
sebenarnya.
d. Analisis
(Analysis)
Diartikan sebagai sesuatu kemampuan
untuk menjabarkan materi atau sesuatu objek ke dalam sesuatu komponen–komponen,
tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi. Dan masih ada kaitannya satu
sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja
seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainnya.
e. Sintesis
(Synthesis)
Sintesis yang menunjukan kepada sesuatu
kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian–bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan
untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi
(Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan
untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri
atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
4. Kategori
Pengetahuan
Menurut Arikunto (2010) yang
dikutip dari Wawan (2010:18)
pengetahuan dibagi dalam 3 kategori yaitu:
a.
Baik :
Bila subyek mampu menjawab
dengan benar
76% dari seluruh
petanyaan,
b. Cukup :
Bila subyek mampu menjawab
dengan benar
56% -
75% dari seluruh pertanyaan,
c. Kurang : Bila subyek mampu menjawab
dengan benar
<56% dari seluruh pertanyaan.
B.
TINJAUAN
UMUM TENTANG PIJAT BAYI
1.
Pengertian
Pijat bayi merupakan sentuhan setelah
kelahiran dapat memberikan jaminan
adanya kontak tubuh berkelanjutan yang dapat mempertahankan perasaan
nyaman pada bayi ( wiwid : 2012:1 )
2.
Manfaat pijat bayi
Menurut Alan (2010:12 )
manfaat pijat bayi yaitu;
a.
Manfaat bagi bayi
1.)
Rasa aman
Kontak fisik secara positif antara orang
tua dan anaknya, membuat anak merasa berharga dan dicintai.
2.)
Kesehatan utama
Penelitian menunjukan bahwa bayi yang disentuh dengan penuh kasih sayang
jarang sekali menangis dan sakit, dari pada yang tidak disentuh.
pijat memperbaiki sirkulasi dan menambah system kekebalan, juga meningkatkan aliran cairan getah bening keseluruh tubuh untuk membersihkan zat yang berbahaya dalam tubuh. Pijat juga mengatasi rasa sakit dan beberapa gejala penyakit, serta meningkatkan relaksasi dan menenangkan bayi.
pijat memperbaiki sirkulasi dan menambah system kekebalan, juga meningkatkan aliran cairan getah bening keseluruh tubuh untuk membersihkan zat yang berbahaya dalam tubuh. Pijat juga mengatasi rasa sakit dan beberapa gejala penyakit, serta meningkatkan relaksasi dan menenangkan bayi.
3.)
Pertumbuhan fisik
Pijat meningkatkan kesadaran fisik,
kekuatan otot dan membuat persendian lebih lentur. Khususnya sangat bermanfaat
bagi bayi premature, bayi yang lahir dengan berat yang kurang dan anak – anak
dengan kebutuhan khusus.
4.)
Kemampuan bersosialisasi
Menyentuh bayi mengajarkan
berkomunikasi. Pijat memebantu menciptakan komunikasi non verbal , yang member
kemampuan bersosialisasi.
b.
Manfaat bagi orang tua
1.)
Relaksasi
Ketika memijat bayi kita akan terfokus
padanya. Para orang tua menceritakan
bahwa interaksi ini menyenangkan dan rileks.
2.)
Mengembangkan kepekaan
Karena bayi tidak dapat mengatakan apakah
ia menyukai usapan atau kurang nyaman, kita hanya melihat reaksinya dan
mengartikannya.
3.)
Membangun percaya diri
Para orang tua menjadi lebih sensitif
dan percaya diri, kontak fisik dari sebuah pijatan akan membuatnya nyaman dalam
menangani bayinya.
4.)
Jalinan orang tua – anak
Komunikasi verbal yang dilakukan pada
bayi melalui pijatan dapat berlanjut hingga dimasa datang, pijat juga menjadi
sangat rutin antara orang tua dan anak.
3.
Hal yang harus diperhatikan sebelum
pemijatan bayi
Untuk mendapatkan manfaat yang optimal,
pemijatan bayi tak bisa dilakukan
secara sembarangan. Ada cara dan rambu-rambu yang harus diperhatikan (Suprayanto,2010)
a.
Bayi umur 0 – 1 bulan
Gerakan yang dilakukan lebih
mendekati usapan-usapan halus. Sebelum tali pusar bayi dilepas, sebaiknya tidak
dilakukan pemijatan didaerah perut.
b.
Bayi umur 1 – 3 bulan
Gerakan memijat dilakukan dengan
halus disertai tekanan ringan dalam waktu yang lebih singkat.
c.
Bayi umur 4 bulan – 2 tahun
1.) Seluruh
gerakan dilakukan dengan tekanan dan waktu yang makin
meningkat. Total waktu pemijatan disarankan sekitar 15 menit.
Lumurkan sesering mungkin minyak atau baby oil atau lotion
yang lembut sebdelum dan selama pemijatan. Setelah itu, lakukan
gerakan pembukaan berupa sentuhan ringan disepanjang sisi
muka bayi atau usaplah rambutnya. Gerakan pembuka ini untuk
memberitahukan bahwa waktu pemijatan akan segera dilakukan
padanya.
meningkat. Total waktu pemijatan disarankan sekitar 15 menit.
Lumurkan sesering mungkin minyak atau baby oil atau lotion
yang lembut sebdelum dan selama pemijatan. Setelah itu, lakukan
gerakan pembukaan berupa sentuhan ringan disepanjang sisi
muka bayi atau usaplah rambutnya. Gerakan pembuka ini untuk
memberitahukan bahwa waktu pemijatan akan segera dilakukan
padanya.
2.) Secara
umum, pemijatan sebaiknya dimulai dari kaki bayi. Sebab
umumnya bayi lebih menerima apabila dipijit pada daerah kaki.
Permulaan seperti ini akan member kesempatan pada bayi untuk
membiasakan dipijit sebelum bagian lain disentuh. Itu sebabnya
urutan pemijatan bayi dianjurkan dimulai dari kaki, kemudian
perut, dada, tangan, muka dan diakhiri pada bagian punggung.
umumnya bayi lebih menerima apabila dipijit pada daerah kaki.
Permulaan seperti ini akan member kesempatan pada bayi untuk
membiasakan dipijit sebelum bagian lain disentuh. Itu sebabnya
urutan pemijatan bayi dianjurkan dimulai dari kaki, kemudian
perut, dada, tangan, muka dan diakhiri pada bagian punggung.
3.) Berikut
beberapa pedoman teknik pemijatan bayi yang dapat
dipergunakan sebagai dasar pijat bayi. Setiap gerakan yang
diberiakan pada masing-masing teknik dapat diulang sebanyak
lima sampai enam kali tergantung kebutuhan.
dipergunakan sebagai dasar pijat bayi. Setiap gerakan yang
diberiakan pada masing-masing teknik dapat diulang sebanyak
lima sampai enam kali tergantung kebutuhan.
4.
Teknik pijat bayi
Menurut Diah ( 2013 ) Untuk bayi
cukup bulan dan batita pemijatan
dilakukan pada area wajah, dada, perut, tangan, kaki, dan punggung.
dilakukan pada area wajah, dada, perut, tangan, kaki, dan punggung.
a.
Wajah
1.)
Caress Love :
Menggunakan seperempat ujung telapak
tangan menekan pada kenng bayi, pelipis dan pipi dengan gerakan seperti membuka
buku dari tengan ke samping.
2.)
Relax
Gambar 2.2
kedua ibu
jari memijat daerah di atas alis dari tengah ke samping.
3.)
Circle down
Gambar 2.3
Memijat
dari pangkal hidung turun sampai tulang pipi menggunakan ibu jari telunjuk
dengan gerakan memutar perlahan
4.)
Smile
Gambar 2.4
Memijat
di atas mulut bayi dengan ibu jari dari tengah ke samping, tarik sehingga ia
tersenyum dilanjutkan dengan memijat lembut rahang bawah bayi dari tengah ke
samping seolah membuat bayi tersenyum.
5.)
Cute
Gambar 2.5
Akhiri
pijatan wajah dengan memijat secara lembut daerah di belakang telingan ke arah
dagu.
b.
Dada
1.)
Butterfly
Gambar 2.6
Mulailah dengan meletakkan kedua telapak
tangan di tengah dada bayi. Menggerakkan kedua telapak tangan ke atas, kemudian
ke sisi luar tubuh dan kembali ke tengan tanpa mengangkat tangan seperti
membentuk kupu-kupu.
2.)
Cross
Gambar 2.7
Membuat
pijatan menyilang dengan teapak tangan dari pinggang ke arah bahu dan
sebaliknya. Bergantian kanan dan kiri.
c.
Tangan
1.)
Milking India
Gambar 2.8
Memegang tangan bayi dengan kedua
telapak tangan seperti memegang tongkat pemukul softball (tangan kanan
menggenggam lengan atas, tangan kiri menggenggam lengan bawah) sambil
menggenggam tangan bayi kedua tangan digerakkan dari bahu ke pergelangan tangan
seperti memerah (perahan India)
2.)
Milking Swedia
Gambar 2.9
Melakukan
gerakan kebalikannya dari pergelangan tangan ke pangkal lengan (perahan swedia)
3.)
Rolling
Gambar 2.10
Gunakan
ke dua telapak tangan untuk membuat gerakan seperti menggulung dimulai dari
pagkal lengan menuju pergelangan tangan.
4.)
Squeezing
Gambar 2.11
Melakukan
gerakan memutar / memeras dengan lembut dengan kedua tangan dari pangkal lengan
ke pergelangan tangan.
5.)
Thumb After Thumb
Gambar 2.12
Dengan
kedua ibu jari secara bergantian, pijat seluruh permukaan telapak tangan dan
punggung tangan mulai
dari pergelangan tangan.
6.)
Spiral
Gambar 2. 13
Dengan ibu jari pijat seluruh permukaan
telapak tangan dan punggung tangan mulai dari pergelangan tangan dengan gerakan
memutar.
7.)
Finger Shake
Gambar 2.14
Akhiri
pijatan tangan dengan menggoyang dan menarik lembut setiap jari tangan bayi.
d.
Perut
1.)
Mengayuh
Gambar 2.15
Meletakkan telapak tangan kanan di bawah
tulang iga dan hati. Menggerakkan telapak tangan kanan ke bawah dengan tekanan
lembut sampai di bawah pusar. Mengulang dengan telapak tangan kiri secara
bergantian beberpa kali.
2.)
Bulan - Matahari
Gambar 2.16
Membuat
pijatan dengan telapak tangan kanan mulai dari perut atas sebelah kiri ke kanan
searah jarum jam sampai bagian kanan perut bawah bayi (gerakan bulan).
Dengan tangan kiri lanjutkan gerakan berputar mulai dari perut bawah sebelah
kiri ke atas mengikuti arah jarum jam membentuk lingkaran penuh (gerakan matahari).
Gerakan diulang beberapa kali.
3.)
I Love You
Gambar 2.17
I : Memijat dengan ujung telapak
tangan dari perut kiri atas lurus ke bawah seperti membentuk huruf
"I", LOVE : Memijat dengan ujung telapak tangan mulai dari
perut kanan atas ke kiri kemudian ke bawah membentuk huruf L terbalik, YOU
: Memijat dengan ujung telapak tangan mulai dari perut kanan bawah ke atas
membentuk setengah lingkaran ke arah perut kiri atas kemudian ke bawah
membentuk huruf U terbalik
4.)
Walking
Gambar 2.18
Menekan dinding
perut dengan ujung-ujung jari telunjuk tengah dan jari manis bergantian
berjalan dari sebelah kanan ke kiri. Mengakhiri pijatan perut dengan mengangkat
kedua kaki bayi kemudian menekannkan perlahan ke arah perut.
e.
Kaki
1.)
Milking India
Gambar 2.19
Memegang
tungkai bayi dengan kedua telapak tangan seperti memegang tongkat pemukul
softball (tangan kanan menggenggam tungkai atas, tangan kiri menggenggam
tungkai bawah) sambil menggenggam tangan bayi kedua tangan digerakkan dari
pangkal paha ke tumit seperti memerah.
2.)
Milking Swedia
Gambar 2.20
Melakukan
gerakan kebalikannya dengan satu cara satu tangan memegang pergelangan kaki
yang lain memijat dari pergelangan kaki ke pangkal paha
3.) Squeezing
Gambar 2.21
Melakukan gerakan menggenggam dan
memutar dari pangkal paha sampai ujung jari kaki.
4.) Thumb After Thumb
Gambar 2.22
Menekan
dengan ujung ibu jari bergantian mulai dari tumit ke arah ujung jari kaki.
Menekan tiap jari kaki menggunakan dua jari tangan kemudian ditarik dengan
lembut Menekan punggung kaki dengan kedua ibu jari secara bergantian ke araj
ujung jari
f. Punggung
1.)
Go Back-Forward
Gambar 2.23
Dengan posisi tangan tegak lurus dengan
tulang punggung dilakukan pemijatan dengan gerakan maju mundur menggunakan
kedua telapak tangan di sepanjang punggungnya dari leher sampai pantat bayi.
2.)
Slip
Gambar 2.24
Dengan
posisi telapak tangan tegak lurus terhadap tulang punggung dilakukan pemijatan
dengan gerakan lurus ke bawah menggeincir dari leher sampai pantat.
3.)
Spiral
Gambar 2.25
Dengan
tiga jari membuat gerakan melingkar kecil di sepanjang otot punggung dari bahu
sampai pantat sebelah kiri dan kanan. Akhiri pijatan punggung dengan membuat
beberapa kali belaian memanjang dengan ujung ujung jari dari leher menuju
pantat.
C. Kerangka Konsep
Pada
penelitian yang dilakukan ini terdapat dua variable yaitu variable dependen dan
independen. Pada penelitian ini yang termasuk dalam variable dependen (variable
yang terikat) adalah Pijat bayi, dan yang menjadi variable independen (variable
bebas) adalah pengetahuan ibu.
Berdasarkan konsep pemikiran yang ada
maka dapat digambarkan suatu model hubungan antara variable yang diteliti
sebagai berikut :
Skema hubungan antar variable
Pengetahuan ibu
|
pijat bayi
|
Keterangan:
:
Variabel Independen
: Variabel Dependen
: Hubungan antara variabel yang
diteliti
D.
Definisi
oprasional
Tabel
2.1
Definisi oprasional variabel
Definisi oprasional variabel
no
|
Variable
|
definisi
operasional
|
skala
pengukuran
|
Criteria
|
1
|
pengetahuan
|
hasil
tahu mengenai hal – hal yang berkaitan jawaban responden dari pernyataan yang
diberikan
|
Kuisioner
|
baik
; 76 – 100%
cukup
; 56 – 75 %
kurang
; < 55 %
(
Arikunto,2010 )
|
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A.
Desain
Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan jenis
penelitian deskriptif kuantitatif. Metode
penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk
menyelidiki keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan dan lain-lan yang
hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Kuantitatif adalah data yang
berbentuk angka-angka (Arikunto, 2010)
B.
Waktu
dan Tempat Penelitian
1. Waktu
Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada
bulan Maret - Juni 2015.
2. Tempat
Penelitian
Lokasi penelitian akan dilakukan di
Desa
Bontoraja kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba.
C.
Populasi
dan sampel
1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan (Mustamin, 2014:12). Pada penelitian ini populasi yang akan diteliti
adalah seluruh ibu yang memiliki bayi usia 0 – 2 tahun di Desa Bontoraja Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba
yang berjumlah 145 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pengambilan sampel dalam penelitian
ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan
hanya atas dasar pertimbangan peneliti saja yang menganggap unsur – unsur yang
dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil (Mustamin,2014:12).
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak usia 0 – 2 tahun
sebanyak 40 responden.
D.
Pengumpulan
Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
memberikan lembar pernyataan persetujuan dan membagikan kuisioner atau angket
pada ibu, kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya. Responden disuruh
mengisi kuisioner sampai selesai dan diambil pada saat itu juga oleh peneliti.
E.
Instrumen
Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan
untuk mengumpulkan data adalah kuisioner. Kuisioner adalah seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis yang ditujukan kepada responden untuk
dijawab, kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner
tertutup dimana sudah terdapat jawabannya sehingga responden tinggal memilih
jawaban yang tersedia (Sulistyaningsih, 2011:122).
F.
Pengolahan
dan Analisa Data
Pengolahan data secara manual
menggunakan kalkulator dan selanjutnya disajikan dalam bentuk table dan narasi.
Menurut Hidayat, (2014:114). Langkah-langkah proses pengolahan data, dapat
dilakukan sebagai berikut :
1. Editing
Editing adalah upaya
untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
2. Coding
Coding merupakan
kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas
beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis
data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar
kode dan artinya dalam satu buku (code
book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari
suatu variabel.
3. Data
Entry
Data Entry adalah kegiatan memasukkan data
yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana
atau dengan membuat tabel kontigensi.
4. Melakukan
tehnik analisis
Dalam melakukan analisis, khususnya
terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang
disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis. Apabila penelitiannya
deskriptif, maka akan menggunakan statistik deskriptif. Sementara itu, analisis
analitik akan menggunakan statistika inferensial.
Statistika deskriptif adalah
statistika yang membahas cara-cara meringkas, menyajikan, dan mendeskripsikan
suatu data dengan tujuan agar mudah dimengerti dan lebih mempunyai makna.
Statistika inferensial (menarik kesimpulan) adalah statistika yang digunakan
untuk menyimpulkan parameter (populasi) berdasarkan statistik (sampel) atau
lebih dikenal dengan proses generalisasi dan inferensial
G.
Analisa Data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis univariat yaitu menganalisis terhadap
tiap variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi
frekueisndi dan presentase dari tiap variabel.
Selanjutnya, hasil untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu ditunjukkan dengan
presentase dengan keterangan sebagai berikut: (Arikunto, 2010)
1. Baik, bila responden dapat menjawab 76 - 100% pertanyan dengan
benar
2. Cukup, bila responden dapat menjawab 56 - 75% pertanyan dengan
benar
3. Kurang, bila responden hanya menjawab < 55% pertanyan dengan
benar
Data dianalisa dilakukan secara deskriktif dengan menghitung nilai proporsi dengan presentase (%) menggunakan rumus :
P = X 100%
Keterangan :
Data dianalisa dilakukan secara deskriktif dengan menghitung nilai proporsi dengan presentase (%) menggunakan rumus :
P = X 100%
Keterangan :
P : presentase yang dicari
f : frekuensi
N : jumlah sampel
H.
Etika
Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti
mengajukan permohonan ijin kepada Kepala desa Bontoraja
Kecematan Gantarang Kabupaten Bulukumba. Kemudian kuesioner dibagikan
kepada responden dengan memperhatikan
etika. Secara umum terdapat empat prinsip utama dalam etik penelitian
menurut komisi nasional etik penelitian keperawatan (KNEPK) yaitu:
1.
Menghormati seseorang (respect for
person).
Penelitian harus dilaksanakan dengan
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Subjek memiliki hak asasi dan
kebebasan untuk menentukan pilihan ikut atau menolak penelitian (autonomy).
Tidak boleh ada paksaan atau penekanan tertentu agar subjek bersedia ikut dalam
penelitian. Subjek dalam penelitian juga berhak mendapatkan informasi yang
terbuka dan lengkap tentang pelaksanaan penelitian meliputi tujuan dan manfaat
penelitian, prosedur penelitian, resiko penelitian, keuntungan yang mungkin
didapat dan kerahasiaan informasi.
Setelah mendapatkan penjelasan yang
lengkap dan mempertimbangkannya dengan baik, subjek kemudian menentukan apakah
akan ikut serta atau menolak sebagai subjek penelitian. Prinsip ini tertuang
dalam pelaksanaan informed consent yaitu persetujuan untuk berpartisipasi
sebagai subjek penelitian setelah mendapatkan penjelasan yang lengkap dan
terbuka dari peneliti tentang keseluruhan pelaksanaan penelitian.
Peneliti melakukan beberapa hal yang
berhubungan dengan informed consent antara lain :
a.
Mempersiapkan formolir persetujuan yang
akan ditandatangani oleh
subjek penelitian.
b. Memberikan
penjelasan langsung kepada subjek mencakup seluruh
penjelasan yang tertulis dalam formulir
informed consent dan
penjelasan lain yang diperlukan untuk
memperjelas pemahaman subjek tentang pelaksanaan penelitian.
memperjelas pemahaman subjek tentang pelaksanaan penelitian.
c. Memberikan
kesempatan kepada subjek untuk bertanya tentang aspek
aspek yang belum dipahami dari penjelasan
penelitian dan menjawab
seluruh pertanyaan subjek dengan terbuka.
d. Memberikan
waktu yang cukup kepada subjek untuk menentukan
pilihan mengikut atau menolak ikut serta
sebagai subjek penelitian.
e. Meminta
subjek untuk menandatangani formulir informed consent, jika
ia menyetujui ikut serta dalam penelitian.
2. Kemanfaatan
(beneficence)
Prinsip ini mengandung makna bahwa
setiap penelitian harus mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
subjek penelitian dan populasi dimana hasil penelitian akan diterapkan
(beneficience). Kemudian meminimalisir resiko/dampak yang merugikan bagi subjek
penelitian (nonmalefeficience).
3.
Keadilan (justice).
Prinsip keterbukaan dalam penelitian
mengandung makna bahwa penelitian dilakukan secara jujur, tepat, cermat,
hati-hati dan dilakukan secara professional. Sedangkan prinsip keadilan
mengandung makna bahwa penelitian memberikan keuntungan dan beban secara merata
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan subjek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar