Autumn Falling Leaves

Rabu, 16 November 2016

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DAMPAK PEMBERIAN SUSU FORMULA PADA BAYI 0-6 BULAN DI DESA KAHAYYA KECAMATAN KINDANG KABUPATEN BULUKUMBA



BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Salah satu firman Allah yang berbicara tentang pengasuhan anak adalah tentang pemberian air susu ibu (ASI). Orang islam dan beriman diminta Allah untuk menyusui bayi-bayinya atau menyusukan bayi mereka kepada orang lain. Ibu-ibu muslimin diminta untuk menyempurnakan persusuan hingga 2 tahun saat penyapihan dimulai. Air susu ibu merupakan makanan yang terbaik bagi bayi dan juga sebagai zat pelindung yang dapat mencegah terjadinya penyakit infeksi pada bayi, karena kandungan ASI sesuai untuk masa pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI mengandung sel darah putih, anti bodi, hormon serta zat yang dapat membunuh bakteri dan virus, sehingga angka kesakitan dan angka kematian bayi berkurang, karena ASI dapat mencegah reaksi alergi dan asma. ASI mempunyai suhu yang sesuai dan ASI lebih mudah disiapkan dan lebih mudah dicerna (Roesli, 2011: 45).
Menurut WHO, (2013), setiap tahun terdapat 1 – 1,5 juta bayi di dunia meninggal karena tidak diberi ASI secara Eksklusif kepada sang buah hati. Sayangnya, masih banyak ibu yang kurang memahami manfaat pentingnya pemberian ASI utuk sang buah hati, ASI eksklusif sangat penting sekali bagi bayi usia 0-6 bulan karena semua kandungan gizi ada pada ASI yang sangat berguna.
Kurangnya pengetahuan ibu menyebabkan pada akhirnya ibu memberikan susu formula yang berbahaya bagi kesehatan bayi.
Bayi yang diberi susu formula mengalami kesakitan diare 10 kali lebih banyak yang menyebabkan angka kematian bayi juga 10 kali lebih banyak, infeksi usus karena bakteri dan jamur empat kali lipat lebih banyak, sariawan mulut karena jamur enam kali lebih banyak. Berdasarkan data yang di dapat oleh peneliti mengenai dampak pemberian susu formula harus di kurangi. Karena selain menambah angka kematian bayi juga mampu menyababkan bayi mudah terjangkit berbagai macam penyakit.
Penggunaan susu formula berisiko tercemar berbagai virus, tetapi kebalikannya ASI mengandung antibodi terhadap berbagai jenis virus, antara lain poliovorus, coxsakievirus, echovirus, influenza virus, reovirus, respiratory syncytial virus (RSV), rotavirus dan rhinovirus. Telah terbukti bahwa ASI menghambat pertumbuhan virus-virus tersebut, misalnya kolostrum yang terdapat dalam ASI mempunyai aktivitas menetralisasi terhadap RSV. Virus ini mengancam jiwa dan sering sebagai penyebab bayi dirawat di beberapa negara berkembang. Bayi yang dirawat karena menderita infeksi RSV jauh lebih sedikit pada kelompok yang mendapat ASI dibanding bayi yang mendapat susu formula (7% vs 28%) (Tumbelaka dan Karyanti, 2012: 56).
Tidak semua bayi dapat menikmati ASI secara eksklusif dari ibu, hal ini dikarenakan oleh berbagai keadaan tertentu. Misalnya, keluarga ibu yang memutuskan untuk tidak menyusui bayi karena terjangkit penyakit, misalnya: tuberculosis (TBC), atau Acuired Immunodeficiency Syndrom (AIDS). Dengan keadaan tersebut cara lain untuk memenuhi kebutuhan gizi pada bayi adalah dengan memberikan susu formula sebagai Pengganti Air Susu Ibu (PASI) (Roesli, 2012; 78).
           Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan… Al Baqarah [2:233]. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun… Luqman [31:14]. Ayat inilah yang menjadi alasan mengapa ibu yang memiliki anak harus memberikan air susu ibu kepada anaknya.          
            Berdasarkan data  yang diperoleh dari Dines Kesehatan Kabupaten Bulukumba tahun 2012 terdapat 7106  jumlah bayi ,tahun 2013 tedapat 7141 jumlah bayi, dan pada tahun 2014 terdapat 6883 jumlah bayi. berdasarkan data tahun 2012 jumlah bayi sebanyak 7106 dan tahun 2013 dengan jumlah bayi sebanyak 6883 ini menandakan adanya penurunan angka yang signifikan.
            Berdasarkan data yang diperoleh dari Pustu Desa Kahayya jumlah ibu yang memiliki bayi 0 – 2 tahun pada tahun 2013 di Dusun Tabbuakang sebanyak 17 orang (54%), di Dusun Kahayya 2 orang (6%), di Dusun Gamaccaya 8 orang (25%), dan di Dusun Siria 5 orang (15) jumlah keseluruhan 32 orang  (100%) , tahun 2014 di Dusun Tabbuakang sebanyak 22 orang (44%), di Dusun Kahayya 15 orang (30%), di Dusun Gamaccaya 9 orang (18%), dan di Dusun Siria 4 orang (8%) jumlah keseluruhan 50 orang (100%) dan pada tahun 2015 di Dusun Tabbuakang sebanyak 7 orang (54%), di Dusun Kahayya 2 orang (15,5%), di Dusun Gamaccaya 1 orang (7,5%), dan di Dusun Siria 3 orang (23%) jumlah keseluruhan 13 (100%),  jadi jumlah keseluruhan dari 4 dusun mulai tahun 2013 sampai 2015 yaitu sebanyak 95 orang.
            Dari latar belakang yang menunjukan bahwa ada banyak ibu yang member susu formula pada, maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitain mengenai “Gambaran Pengetahuarin Ibu Tentang Dampak Pemberian Susu Formla Pada Bayi 0 – 6 Bulan Di Desa Kahayya, Kecematan Kindang, Kabupaten Bulukumba”.
B.     Perumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu tentang dampak pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di Desa Kahayya, Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba Tahun 2015?”
C.    Tujuan Penelitian
  1. Tujuan Umum
Untuk  mengetahui pengetahuan ibu tentang dampak pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di Desa Kahayya, Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba Tahun 2015?


  1. Tujuan Khusus
1.      Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang dampak pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di Desa Kahayya, Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba Tahun 2015 berdasarkan umur.
2.      Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang dampak pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di Desa Kahayya, Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba Tahun 2015 berdasarkan pendidikan.
3.      Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang dampak pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di Desa Kahayya, Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba Tahun 2015 berdasarkan pekerjaan.
4.      Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang dampak pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di Desa Kahayya, Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba Tahun 2015 berdasarkan sumber informasi.
D.    Manfaat Penelitian
1.      Bagi ibu
Penelitian ini akan menjadi informasi dan masukan dalam meningkatkan pengetahuan ibu menyusui tentang dampak pemberian susu formula pada bayi
2.      Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman berharga bagi peneliti dalam menerapkan ilmu  metode penelitian dan menambah wawasan pengetahuan tentang dampak pemberian susu formula.
3.      Bagi institusi pendidikan
Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi atau sumber informasi untuk penelitian berikutnya dan sebagai bahan bacaan di perpustakaan.



















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Tinjauan Tentang Pengetahuan
1.      Definisi Pengetahuan
   Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan ebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Bahtiar, 2010 : 27). Dalam hal ini pengetahuan orang tua (ibu) tentang penatalaksanaan diare yang diperoleh melalui penginderaan terhadap objek tertentu.
2.      Tingkatan Pengetahuan
Menurut Anderson (dalam Widodo, 2010: 140) menguraikan tingkat pengetahuan sebagai berikut:
a.       Mengingat (Remembering)
Dapat mengingat kembali pengetahuan yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama. Misalnya seorang ibu dapat mengingat kembali pengetahuannya tentang bagaimana perawatan diare pada balita.
b.      Memahami (Understanding)
Membangun makna dari pesan-pesan instruksional, termasuk lisan, tulisan, dan grafik komunikasi, termasuk di dalamnya: meringkas, menyimpulkan, mengklasifikasi, membandingkan, menjelaskan, mencontohkan. Misalnya seorang ibu yang mempunyai balita diare dapat menyimpulkan dan menjelaskan tentang apa dan bagaimana sebaiknya tindakan yang tepat untuk dilakukan pada anak yang diare.
c.       Menerapkan (Apply)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan ataumengaplikasikan materi yang dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Misalnya seorang ibu yang telah paham tentang tata laksana diare pada balita maka dia dapat mengaplikasikannya pada saat anaknya mengalami diare.
d.      Menganalisis (Analysze)
Kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian yang satu dengan yang lainnya. Contoh : seorang ibu dapat membedakan antara diare tanpa dehidrasi, diare dehidrasi ringan/sedang, diare dehidrasi berat, dan sebagainya.
e.       Mengevaluasi (Evaluating)
Kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap situasi, nilai atau ide atau mampu melakukan penilaian berdasarkan kriteria dan standar. Misalnya : seorang ibu dapat menilai seorang anak menderita diare atau tidak, dan sebagainya.

f.       Menciptakan (Creating)
Kemampuan menyusun unsur-unsur untuk membentuk suatu keseluruhan koheren atau fungsional, mereorganisasi unsur ke dalam pola atau struktur baru, termasuk didalamnya hipotesa (Generating), perencanaan (Planning), penghasil (Producing)
3.      Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Bahtiar (2010), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
a. Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang. Pengalaman ibu sebelumnya dalam merawat anaknya yang diare dapat memperluas pengetahuannya tentang bagaimana penatalaksanaan diare pada anak yang benar dan tepat.
                          i.      Umur
Makin tua umur seseorang maka proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu, daya ingat seseorang dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu mengingat atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. Seorang ibu yang berumur 40 tahun pengetahuannya akan berbeda dengan saat dia sudah berumur 60 tahun.
                        ii.      Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat memperluas wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Seorang ibu yang berpendidikan tinggi akan pengetahuan yang lebih tentang penatalaksanaan diare pada balita dibandingkan dengan ibu yang tingkat pendidikannya lebih rendah.
                      iii.      Sumber Informasi
Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik maka pengetahuan seseorang akan meningkat. Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang misalnya radio, televise, majalah, koran dan buku. Walaupun seorang ibu berpendidikan rendah tetapi jika dia memperoleh informasi tentang penatalaksanaan diare pada balita secara benar dan tepat maka itu akan menambah pengetahuannya.
                      iv.      Penghasilan
Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi. Ibu yang keluarganya berpenghasilan rendah akan sulit mendapatkan fasilitas sumber informasi. Tetapi apabila berpenghasilan cukup maka dia mampu menyediakan fasilitas sumber informasi sehingga pengetahuannya akan bertambah.
                        v.      Sosial Budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang terhadap sesuatu. Misalnya di daerah lain seorang ibu mempunyai persepsi lain tentang cara merawat balita diare maka hal itu akan mempengaruhi pengetahuannya tentang perawatan diare pada balita.
4.      Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Notoatmodjo (2003) dalam bukunya Dewi dan Wawan (2011: 16-18) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan antara lain:
a.       Faktor Internal
2.      Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi (Nursalam, 2003). Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak yang tertuju kepada kedewasaan (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ririn tahun 2011 menunjukkan mayoritas ibu yang berpengetahuan baik adalah ibu yang berpendidikan tinggi yaitu SMA (Ririn, 2011).
3.      Pekerjaan
Menurut Thomas, pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan (Wawan & Dewi, 2010:17). Berdasarkan hasil penelitian Amiruddin tahun 2006 menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan pengetahuan ibu (Amiruddin, 2006).
4.      Umur
Segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang belu cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya, makin tua seseorang maka makin kondusif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi (Azwar, 2009).
a.       Faktor Eksternal
1)      Lingkungan
Ann. Mariner menjelaskan, lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok (Wawan dan Dewi, 2011:18).

2)      Sosial Budaya
Sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi (Wawan dan Dewi, 2011:18).
5.      Kriteria Pengetahuan
Menurut Arikunto (2010) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan dapat diinterpretasikan yaitu:
a.       Baik : hasil presentase 76 % - 100 % dari skor benar.
b.      Cukup : hasil presentase 56 % - 75 % dari skor benar.
c.       Kurang : hasil presentase <55 % dari skor benar
B.     Tinjauan Tentan Susu Formula
  1. Defenisi
Susu formula adalah susu yang dibuat dari susu sapi atau susu buatan yang diubah komposisinya hingga dapat dipakai sebagai pengganti ASI. Alasan dipakainya susu sapi sebagai bahan dasar mungkin oleh banyaknya susu yang dapat dihasilkan oleh peternak (Triana,2012). Susu formula disebut juga dengan susu buatan, oleh karena minuman buatan ini fungsinya sebagai pengganti susu ibu. Susu formula diproduksi khusus untuk konsumsi khusus seperti susu untuk bayi, anak dan susu ibu hamil dan menyusui serta orang dewasa lainnya dengan kebutuhan konsumsi susu tertentu (Triana,2012).


  1. Jenis-Jenis Susu Formula
Susu formula terbuat dari susu sapi, susu kedelai, protein hidrolisa yang susunan gizinya diubah sedemikian rupa sehingga mendekati susunan zat gizi dalam ASI. Di Indonesia telah beredar berbagai macam susu formula dengan berbagai merek dagang, akan tetapi susu formula dapat dibagi menjadi tiga golongan menurt (Muchadi, 2010 : 67) yaitu sebagai berikut:
a.       Susu formula “adapted
Adapted” berarti disesuaikan dengan fisiologis bayi, susu formula ini komposisinya sangat mendekati ASI, sehingga cocok untuk digunakan bagi bayi baru lahir sampai umur 4 bulan. Formula “adapted” yang beredar di Indonesia antara lain: Vitalac, Nutrilion, Bebelac, Dumex dan Enfamil.
b.      Susu formula “complete starting”
Susunan zat gizi dalam susu formula ini sudah lengkap sehingga dapat diberikan sebagai susu awal (permulaan). Berbeda dengan susu formula “adapted”, kadar protein dan mineralnya lebih tinggi dibandingkan susu formula “adapted”, karena cara pembuatan susu formula “complete starting” lebih mudah dibandingkan dengan susu formula “adapted” maka harga susu formula “complete starting” lebih murah. Susu formula “complete starting” yang beredar di Indonesia antara lain: SGM-1, Lactogen-1, dan New Camelpo.


c.       Susu formula “follow-up
Pengertian “follow-up” dalam susu formula ini adalah lanjutan, yaitu mengganti susu formula yang sedang digunakan dengan dengan susu formula “follow-up”. Susu formula ini digunakan pada bayi yang berumur 6 bulan ke atas. Pada umumnya susu formula ini mengandung protein dan mineral. Contoh susu formula “follow-up” yaitu antara lain: Lactogen-2, SGM-2, Chilmil, Promil dan Nutrima.
  1. Dampak-dampak Pemberian Susu Formula
Berbagai dampak negative yang terjadi pada bayi akibat dari pemberian susu formula menurut (Muchadi, 2010 : 70), antan lain :
a.       Pencemaran
Susu buatan sering tercemar bakteri, terutama bila ibu menggunakan botol dan tidak merebusnya setiap selesai memberi minum. Bakteri tumbuh sangat cepat pada minuman buatan.
b.      Infeksi
Susu formula tidak mengandung antibody untuk melindungi tubuh bayi terhadap infeksi. Bayi yang diberi susu formula lebih sering sakit diare dan infeksi saluran nafas.
c.       Pemborosan
Ibu dari kelompok ekonomi rendah mungkin tidak mampu membeli cukup susu formula untuk bayinya. Mereka mungkin memberi dalam jumlah lebih sedikit dan mungkin menaruh sedikit susu atau bubuk susu kedalam botol, sebagai akibatnya bayi yang diberi susu formula sering kelaparan dan akhirniya dapat menyebabkan kurangnya gizi pada bayi
d.      Kekurangan Vitamin
Susu formula tidak mengandung vitamin yang cukup untuk bayi. ASI mengandung lebih banyak vitamin C dan vitamin D.
e.       Kekurangan Zat Besi
Zat besi dari susu formula tidak diserap sempurna seperti zat besi da ASL Bayi yang diberi minuman buatan seperti susu formula dapat terkena anemia karena kekurangan zat besi.
f.       Lemak Yang Tidak Cocok
Susu formula yang terbuat ddari susu sapi mengandung banyak asam lemak jenuh dibandingkan ASI. Untuk pertumbuhan bayi yang sehat di perlukan asam lemak esensial dan asam linoleat yang cukup, dan mungkin juga tidak mengandung kolesterol yang cukup bagi pertumbuhan otak dan sebagai penyebab kegemukan (obesitas) pada bayi, dan sebagian susu formula tidak banyak mengandung energi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan bayi.
g.      Protein Yang Tidak Cocok
Susu formula mengandung terlalu banyak kasein, Kasein mengandung campuran asam amino yang tidak cocok dan sulit dikeluarkan atau dicerna oleh ginjal bayi yang belum sempurna. Petugas kesehatan sering menganjurkan kepada ibu-ibu untuk mengencerkan susu formula dengan air untuk mengurangi protein total. Tetapi susu yang diencerkan tidak mengandung asam amino esensial yang cukup yang diperlukan bagi pertumbuhan otak bayi.
h.      Tidak bisa dicerna
Susu formula Iebih sulit dicema karena tidak mengandung enzim lipase untuk mencema lemak. Karena susu formula lambat dicerna maka Iebih lama untuk mengisi lambung bayi dari pada ASI, akibatnya bayi tidak cepat lapar. Bayi yang diberi susu formula bisa dapat menderita sembelit, yaitu tinja menjadi lebih keras dan tebal (Nelson,2011: 89).
i.        Alergi
Bayi yang diberi susu formula terlalu dini kemungkinan menderita lebih banyak masalah alergi, misalnya : asma. Penggunaan susu formula yang tidak tepat dapat menimbulkan bahaya.
Menurut Nursalam (2010: 56), ada 3 (tiga) macam bahaya yang ditimbulkan akibat pemberian susu formula path bayi :
1)      Infeksi : dapat menyebabkan bayi menderita diare. Bayi dengan susu formula 4 kali Iebih banyak terkena diare dibandingkan dengan yang diberi ASI. Infeksi umumnya disebabkan karena bakteri.
2)      Oral moniliasis : infeksi yang disebabkan jamur pada susu yang juga menimbulkan diare, pada bayi yang mengkonsumsi susu formula 6 kali lebih banyak terkena moniliasis pada mulut bayi.
3)      Marasmus gizi : suatu keadaan gizi buruk yang disebabkan kekurangan kalori dan protein. Pengenceran susu dengan air yang melebihi ketentuan bukan saja menurunkan kadar kalori tetapi juga kadar protein, sehingga kebutuhan bayi akan kedua zat gizi utama tersebut tidak terpenuhi.
  1. Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu memberikan susu formula pada bayi

Susu formula merupakan alternatif pemberian susu yang terbaik pada keadaan tertentu. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ibu memberikan susu formula pada bayi karena dalam keadaan-keadaan tertentu. Yang termasuk kedaan tertentu yaitu: keluarga memutuskan untuk tidak menyusui bayi atau ibu tidak mampu menyusui karena suatu penyakit tertentu seperti: TBC, AIDS. Pada ibu yang dengan waktu yang tidak memungkinkan untuk menyusui bayi dikarenakan pekerjaan ibu, susu formula sebagai pengganti ASI dan pelengkap ASI jika produksi susu tidak mencukupi dan seperti bayi yang diadopsi yang harus diberikan susu formula sabagai ganti dari ASI (Jensen, 2010: 98).
(Soetjiningsih, 1997, Triana, 2012) Menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan susu formula meliputi:
a.       Faktor Kesehatan
1 ) Kesehatan psikologis:
d.      Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita
e.       Tekanan batin, Misalnya trauma akan pengalaman menyusui sebelumnya.
2)        Kesehatan fisik :
a.       Ibu tidak keluar ASI nya
b.      Ibu sakit
3 )  Faktor Pengetahuan
Meliputi pengetahuan orang tua tentang seberapa penting susu formula di berikan pada anak sebagai makanan pendamping. Hal ini menyangkut juga keberadaan tempat tinggal media informasi yang menginformasikan pentingnya susu formula bagi anak dalam mencapai tumbuh kembang yang optimal. Pengaruh kemajuan teknologi dalam perubahan sosial budaya menyebabkan ibu-ibu di perkotaan umumnya, memberikan susu formula, karena susu formula merupakan alternatif tercepat yang mereka pilih untuk mengatasi kebutuhan bayi selama mereka bekerja, hal ini menjadi kendala tersendiri bagi kelangsungan pemberian ASI eksklusif (Depkes RI, 2012).
4)      Faktor Daya Beli
Definisi Daya beli adalah kemampuan membayar untuk memperoleh barang yang dikehendaki atau diperlukan (Kamus Besar bahasa Indonesia; Balai Pustaka 2011; 241).
5)      Faktor Lingkungan
a)      Faktor Iklan :
Meningkatnya iklan susu formula yang menggambarkan berbagai kandungan yang bermanfaat di berbagai medi
b)      Faktor tempat tinggal :
Ketika bertempat tinggal di perkampungan akan menyulitkan pemberiansusu formula dan juga terbatasnya informasi tentang susu formula
  1. Komposisi Susu Formula
      Susu formula yang dibuat dari susu sapi telah diproses dan diubah kandungan komposisinya sebaik mungkin agar kandungannya sama dengan ASI tetapi tidak 100% sama. Proses pembuatan susu formula, kandungan karbohidrat, protein dan mineral dari susu sapi telah diubah kemudian ditambah vitamin serta mineral sehingga mengikuti komposisi yang dibutuhkan sesuai untuk bayi berdasarkan usianya (Suririnah, 2010 : 28).
Menurut (Khasanah, 2011 : 89) ada beberapa kandungan gizi dalam susu formula yaitu, lemak disarankan antara 2,7-4,1 g tiap 100 ml, protein berkisar antara 1,2-1,9 g tiap 100 ml dan karbohidratberkisar antara 5,4-8,2 g tiap 100 ml.
  1. Kelemahan Susu Formula
   Praptiani (2012) menjelaskan telah teridentifikasi adanya kerugian berikut  ini untuk bayi yang diberikan susu formula yaitu:
b)      Susu formula kurang mengandung beberapa senyawa nutrien.
c)      Sel-sel yang penting dalam melindungi bayi dari berbagi jenispatogen.
d)     Faktor antibodi, antibakteri dan antivirus ( misalnya IgA, IgG,IgM dan laktoferin).
e)      Hormon (misalnya hormon prolaktin dan hormon tiroid).
f)       Enzim dan prostaglandin.
   Sutomo dan Anggraini (2010) menjelaskan susu formula mempunyai beberapa kelemahan, antara lain; kurang praktis karena harus dipersiapkan terlebih dahulu, tidak dapat bertahan lama, mahal dan tidak selalu tersedia, cara penyajian harus tepat dapat menyebabkan alergi.
Susu formula banyak kelemahannya karena terbuat dari susu sapi sehingga dijelaskan Khasanah (2011) antara lain; kandungan susu formula tidak selengkap ASI, pengenceran yang salah, kontaminasi mikroorganisme, menyebabkan alergi, bayi bisa diare dan sering muntah, menyebabkan bayi terkena infeksi, obesitas atau kegemukan, pemborosan, kekurangan zat besi dan vitamin, mengandung banyak garam.
  1. Efek atau dampak negatif pemberian susu formula
Roesli (2008) menjelaskan berbagai dampak negatif yang terjadi pada bayi akibat dari pemberian susu formula, antara lain:
a)      Gangguan saluran pencernaan (muntah, diare)
Judarwanto (2007) menjelaskan bahwa anak yang diberi susu formula lebih sering muntah/gumoh, kembung, “cegukan”, sering buang angin, sering rewel, susah tidur terutama malam hari. Saluran pencernaan bayi dapat terganggu akibat dari pengenceran susu formula yang kurang tepat, sedangkan susu yang terlalu kental dapat membuat usus bayi susah mencerna, sehingga sebelum susu dicerna oleh usus akan dikeluarkan kembali melalui anus yang mengakibatkan bayi mengalami diare (Khasanah, 2011).
b)      Infeksi saluran pernapasan
Gangguan saluran pencernaan yang terjadi dalam jangka panjang dapat mengakibatkan daya tahan tubuh berkurang sehingga mudah terserang infeksi terutama ISPA (Judarwanto, 2010).
Susu sapi tidak mengandung sel darah putih hidup dan antibiotik sebagai perlindungan tubuh dari infeksi. Proses penyiapan susu formula yang kurang steril dapat menyebabkan bakteri mudah masuk (Khasanah, 2011).
c)      Meningkatkan resiko serangan asma
     ASI dapat melindungi bayi dari penyakit langkh botulism, penyakit ini merusak fungsi saraf, menimbulkan berbagai penyakit pernapasan dan kelumpuhan otot (Nasir, 2011).
     Peneliti sudah mengevaluasi efek perlindungan dari pemberian ASI, bahwa pemberian ASI melindungi terhadap asma dan penyakit alergi lain. Sebaliknya, pemberian susu formula dapat meningkatkan resiko tersebut (Oddy, dkk, 2003) dalam (Roesli, 2010






BAB III
KERANGKA KONSEP

A.    Kerangka Konsep
Kerangka konsep pada penelitian dengan judul Gambaran pengetahuan ibu tentang dampak pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di Desa Kahayya, Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba Tahun 2015 adalah variabel independent yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, sumber informasi, dan variabel dependent adalah dampak pemberian susu formula. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan sebagai berikut.

            Variabel Independen                                 Variabel Dependent


 



                                                                    
B.     Defenisi Operasional
  1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan ebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Bahtiar, 2010 : 27). Dalam hal ini pengetahuan ibu tentang dampak pemberian susu formula umur 0-6 bulan yang diperoleh melalui penginderaan terhadap objek tertentu.
  1. Kriteria Objektif
Menurut Arikunto (2010) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan dapat diinterpretasikan yaitu:
a.       Baik
:
Apabila skor 76 - 100% dan total skor (bila jawaban yang benar adalah 16 - 20 dari 20 pertanyaan yang diberikan).
b.      Cukup
:
Apabila skor 60 - 75% dan total skor (bila jawaban yang benar 12 - 15 dari 20 pertanyaan yang diberikan).
c.       Kurang
:
Apabila skor < 55% dan total skor (bila jawaban yang benar < 11 dari 20 pertanyaan yang diberikan).















BAB IV
METODE PENELITIAN

A.    Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang dampak pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di Desa Kahayya, Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba Tahun 2015.
B.     Lokasi dan Waktu Penelitian
1.      Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Kahayya, Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba Tahun 2015, dengan alasan karena adanya sampel yang memenuhi syarat yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian dan lokasi penelitian dekat sehingga mempermudah untuk pengambilan sampel.
2.      Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan dilakukan pada bulan Maret – Juni 2015
C.    Populasi dan Sampel
  1. Populasi
           Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Mustamin, 2014:12). Pada penelitian ini populasi yang akan diteliti adalah seluruh ibu yang memiliki bayi usia 0 – 6 tahun di Desa Kahayya Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba yang berjumlah 95 orang.
  1. Sampel
           Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan hanya atas dasar pertimbangan peneliti saja yang menganggap unsur – unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil (Mustamin,2014:12). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak usia 0 – 6 tahun sebanyak 32 responden.
D.    Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dengan kuesioner sebagai alat bantu, dimana terlebih dahulu memberikan penjelasan singkat tentang kuesioner, dibandingkan dan diisi oleh responden, kemudian dikumpul kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya.
E.     Teknik Pengolahan Data dan Analisa
  1. Pengolah Data
a.       Proses Editing
Dilakukan pengecekan kelengkapan data pada data yang terkumpul bila terdapat data yang tidak lengkap atau kurang akan dilakukan pendataan ulang.



b.      Coding
Data yang telah di edit dirubah ke dalam bentukan (kode) untuk memenuhi data yang ada.
c.       Tabulating
Data yang sudah diedit dimasukkan dalam bentuk tabel distribusi frekwensi.
F.     Teknik Analisa Data
           Analisa data dilakukan secara deskritif dengan melihat persentasi data yang te!ah terkumpul dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan analisa data dilanjutkan dengan membahas hasil penelitian dengan menggunakan teori dan kepustakaan yang ada.
G.    Etika Penelitian
         Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan ijin kepada Kepala desa Bontoraja Kecematan Gantarang Kabupaten Bulukumba. Kemudian kuesioner dibagikan kepada responden dengan memperhatikan  etika. Secara umum terdapat empat prinsip utama dalam etik penelitian menurut komisi nasional etik penelitian keperawatan (KNEPK) yaitu:
1.    Menghormati seseorang (respect for person).
              Penelitian harus dilaksanakan dengan menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Subjek memiliki hak asasi dan kebebasan untuk menentukan pilihan ikut atau menolak penelitian (autonomy). Tidak boleh ada paksaan atau penekanan tertentu agar subjek bersedia ikut dalam penelitian. Subjek dalam penelitian juga berhak mendapatkan informasi yang terbuka dan lengkap tentang pelaksanaan penelitian meliputi tujuan dan manfaat penelitian, prosedur penelitian, resiko penelitian, keuntungan yang mungkin didapat dan kerahasiaan informasi.
              Setelah mendapatkan penjelasan yang lengkap dan mempertimbangkannya dengan baik, subjek kemudian menentukan apakah akan ikut serta atau menolak sebagai subjek penelitian. Prinsip ini tertuang dalam pelaksanaan informed consent yaitu persetujuan untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian setelah mendapatkan penjelasan yang lengkap dan terbuka dari peneliti tentang keseluruhan pelaksanaan penelitian.
              Peneliti melakukan beberapa hal yang berhubungan dengan informed consent antara lain :
a.    Mempersiapkan formolir persetujuan yang akan ditandatangani oleh
     subjek penelitian.
b.    Memberikan penjelasan langsung kepada subjek mencakup seluruh
penjelasan yang tertulis dalam formulir informed consent dan   penjelasan lain yang diperlukan untuk
memperjelas pemahaman subjek tentang pelaksanaan penelitian.
c.    Memberikan kesempatan kepada subjek untuk bertanya tentang aspek
     aspek yang belum dipahami dari penjelasan penelitian dan menjawab
     seluruh pertanyaan subjek dengan terbuka.
d.   Memberikan waktu yang cukup kepada subjek untuk menentukan
     pilihan mengikut atau menolak ikut serta sebagai subjek penelitian.
e.    Meminta subjek untuk menandatangani formulir informed consent, jika
     ia menyetujui ikut serta dalam penelitian.
2.    Kemanfaatan (beneficence)
              Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap penelitian harus mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi subjek penelitian dan populasi dimana hasil penelitian akan diterapkan (beneficience). Kemudian meminimalisir resiko/dampak yang merugikan bagi subjek penelitian (nonmalefeficience).
3.    Keadilan (justice).
              Prinsip keterbukaan dalam penelitian mengandung makna bahwa penelitian dilakukan secara jujur, tepat, cermat, hati-hati dan dilakukan secara professional. Sedangkan prinsip keadilan mengandung makna bahwa penelitian memberikan keuntungan dan beban secara merata sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan subjek.




BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.   Hasil Penelitian
              Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak usia 0 – 6 tahun didesa kahayya sebanyak 32 orang. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden dan kemudian kuesioner dikembalikan kepada peneliti untuk diolah.
            Pengolahan data dilakukan secara manual. Berdasarkan perhitungan diperoleh sebagai berikut :
1.             Karakteristik responden berdasarkan umur
Tabel 1           Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Responden di Desa kahayya kec, kindang kab, bulukumba
Umur Ibu
Frekuensi
Persentase (%)
17 - 20 tahun
1
3,1%
20 -35 tahun
29
90,6%
35 - 40 tahun
2
6,3%
Total
32
100%


           Tabel 1 di atas menunjukan responden yang berumur 17 – 21 tahun sebanyak  1 orang (3,1%), berumur 20 – 35 tahun sebanyak 29 orang (90,6%), berumur 35 – 40 tahun sebanyak 2 orang (6,3%),



2.             Karakteristik responden berdasarkan pendidikan
  Tabel 3           : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan  
   
Responden di Desa kahayya,kec, kindang, kab.bulukumba
Pendidikan 
                     Frekuensi
        Persentase (%)
SD
18
56,2 %
SMP
8
25%
SMA
6
18,8%
Total
32
100%
                Berdasarkan. tabel 2 diatas menujukan responden yang tingkat pendidikan SD sebanyak 18 orang (56,2%), SMP sebanyak 8 orang (25,0%), dan SMA sebanyak 6 orang (18,8%)
3.             Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
Tabel 4             : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
   
Responden di Desa kahayya, Kecamatan kindang, kab.
    B
ulukumba.
Pekerjaan Ibu
Frekuensi
Persentase (%)
IRT
17
53,1%
Karyawan/Swasta
7
21,9%
Petani
7
21,9%
Wiraswasta
1
3,1%
Total
32
100%
          
                 Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukan responden yang memiliki pekerjaan sebagai IRT sebanyak 17 orang (53,1%), karyawan/swasta sebanyak 7 orang (21,9%) dan petani sebanyak 7 orang (21,9%), dan wiraswasta sebanyak 1 orang (3,1).
Dari data yang diperoleh kemudian disajikan dalam tabel kuantitas responden berdasarkan 3 kategori yaitu baik, cukup dan kurang yang disajikan dalam bentuk tabel berikut ini.

a.              Pengetahuan Tentang dampak pemberian susu formula
Tabel 5 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang
                susu formula di Desa kahayya, Kecamatan kindang, kab.
                Bulukumba.          
Pengetahuan
Frekuensi
Persentase (%)
Baik
8
25%
Cukup
9
28,1%
Kurang
15
46,9%
Total
32
100%
       Tabel 5, Dapat diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan ibu tentang susu formula di Desa Kahayya, Kec, Kindang, Kab.Bulukumba dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 15 orang (46,9%).
B.            Pembahasan
        Pengetahuan adalah gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budidaya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya (Suparyanto, 2010). Susu formula adalah susu yang dibuat dari susu sapi atau susu buatan yang diubah komposisinya hingga dapat dipakai sebagai pengganti ASI. Alasan dipakainya susu sapi sebagai bahan dasar mungkin oleh banyaknya susu yang dapat dihasilkan oleh peternak (Triana,2012).
                                                Susu formula disebut juga dengan susu buatan, oleh karena minuman buatan ini fungsinya sebagai pengganti susu ibu. Susu formula diproduksi khusus untuk konsumsi khusus seperti susu untuk bayi, anak dan susu ibu hamil dan menyusui serta orang dewasa lainnya dengan kebutuhan konsumsi susu tertentu (Triana,2012).
                   Berdasarkan hasil penelitian diatas  menunjukan bahwa dari 32 responden yang berpengetahuan baik sebanyak 7 orang (17,5%), berpengetahuan cukup sebanyak 14 orang (35%) dan yang berpengetahuan kurang sebanyak 19 orang (47,5%). Tinggi dan rendahnya tingkat pengetahuan tentang teknik memijat bayi usia 0 – 2 tahun dipengaruhi faktor pendidikan dan umur.  responden dengan  tingkat pendidikan SD sebanyak 18 orang (45%), SMP sebanyak 11 orang (27,5%), SMA sebanyak 6 orang (15%) dan SI hanya sebanyak 5 orang (12,5%), sedangkan responden yang berumur 17 – 21 tahun sebanyak  6 orang (15%), berumur 22 – 25 tahun sebanyak 8 orang (20%), berumur 26 – 29 tahun sebanyak 8 orang (20%), berumur 30 – 33  tahun sebanyak  6 orang (15%), berumur 34 – 37 tahun sebanyak 7 orang (17,5%) dan yang berumur 38 – 41 tahun sebanyak 5 orang (12,5%).
                    Hal ini sejalan dengan penelitian Bidan Prada: Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol.3 No.1 Edisi juni 2012 9 Hal, menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang memberikan susu formula berdasarkan pendidikan yaitu ib yang berpendidikan SMA sejumlah 20 responden ( 54,05% ), ibu yang berpendidikan tinggi dan SMP sama yaitu 6 responden ( 16,22% ), sedangkan faktor yang paling sedikit memberikan susu formula adalah ibu berpendidikan SD sejumlah 5 responden ( 13,51% ).
                    Hal ini sesuai dengan kenyataanyang ada diDesa Kahayya menunjukkan bahwa dari 32 responden yang diteliti sebagian besar responden mempunyai pengetahuan kurang, ini dipengaruhi karna pendidikan, semakin tinggi pendidikan seseorang maka pengetahuannya semakin meningkat sedangkat di Desa Kahayya kebanyakan tingkat pendidikannya hanya SD yaitu 18 ( 56,2% ) dari 32 responden, kurangnya pengetahuan disebabkan karna pekerjaan di Desa Kahayya kebanyakan responden memiliki pekerjaan IRT yaitu 17 ( 53.1% ) dari 32 responden, serta tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh umur karna semakin tua umur seseorang maka mentalnya semakin baik.




BAB VI
                                                            PENUTUP                                               

1.       Kesimpulan
      Pengetahuan ibu tentang pemberian susu formula pada bayi 0 – 6 bulan dengan jumlah responden sebanyak 32 orang menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 8 ( 25% ) ibu memiliki pengetahuan baik, ibu yang pengetahuan cukup sebanyak 9 ( 28,1% ) dan ibu yang pengetahuan kurang sebanyak 15 ( 46,9% ).
       
2.      Saran
1.      Bagi Tenaga Kesehatan
            Diharapkan tenaga kesehatan selalu memberikan penyuluhan kepada ibu tentang Susu formula  dan mengawasi pemberian Susu formula secara
berkesinambungan agar ibu memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang Susu formula.
2.      Bagi Masyarakat
        Diharapkan masyarakat dapat menambah wawasan khususnya tentang Susu formula sehingga masyarakat mengerti dan mampu mengubah sikap menjadi lebih baik dalam pemberian Susu formula kepada bayi.
3.      Bagi Peneliti selanjutnya
      Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat meneliti dampak yang lain yang mempengaruhi sikap pemberian Susu formula.