BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu firman Allah yang berbicara tentang
pengasuhan anak adalah tentang pemberian air susu ibu (ASI). Orang islam dan
beriman diminta Allah untuk menyusui bayi-bayinya atau menyusukan bayi mereka kepada
orang lain. Ibu-ibu muslimin diminta untuk menyempurnakan persusuan hingga 2
tahun saat penyapihan dimulai. Air susu ibu merupakan makanan yang terbaik bagi
bayi dan juga sebagai zat pelindung yang dapat mencegah terjadinya penyakit infeksi
pada bayi, karena kandungan ASI sesuai untuk masa pertumbuhan dan perkembangan
bayi. ASI mengandung sel darah putih, anti bodi, hormon serta zat yang dapat
membunuh bakteri dan virus, sehingga angka kesakitan dan angka kematian bayi
berkurang, karena ASI dapat mencegah reaksi alergi dan asma. ASI mempunyai suhu
yang sesuai dan ASI lebih mudah disiapkan dan lebih mudah dicerna (Roesli, 2011: 45).
Menurut WHO, (2013), setiap tahun terdapat 1 – 1,5 juta bayi di dunia meninggal
karena tidak diberi ASI secara Eksklusif kepada sang buah hati. Sayangnya,
masih banyak ibu yang kurang memahami manfaat pentingnya pemberian ASI utuk
sang buah hati, ASI eksklusif sangat penting sekali bagi bayi usia 0-6 bulan karena
semua kandungan gizi ada pada ASI yang sangat berguna.
Kurangnya pengetahuan ibu menyebabkan pada akhirnya ibu memberikan susu formula yang berbahaya bagi kesehatan bayi.
Kurangnya pengetahuan ibu menyebabkan pada akhirnya ibu memberikan susu formula yang berbahaya bagi kesehatan bayi.
Bayi yang diberi susu formula mengalami kesakitan
diare 10 kali lebih banyak yang menyebabkan angka kematian bayi juga 10 kali
lebih banyak, infeksi usus karena bakteri dan jamur empat kali lipat lebih
banyak, sariawan mulut karena jamur enam kali lebih banyak. Berdasarkan data
yang di dapat oleh peneliti
mengenai dampak pemberian susu formula harus di kurangi. Karena selain menambah
angka kematian bayi juga mampu menyababkan bayi mudah terjangkit berbagai macam
penyakit.
Penggunaan
susu formula berisiko tercemar berbagai virus, tetapi kebalikannya ASI
mengandung antibodi terhadap berbagai jenis virus, antara lain poliovorus,
coxsakievirus, echovirus, influenza virus, reovirus, respiratory syncytial
virus (RSV), rotavirus dan rhinovirus. Telah terbukti bahwa
ASI menghambat pertumbuhan virus-virus tersebut, misalnya kolostrum yang terdapat
dalam ASI mempunyai aktivitas menetralisasi terhadap RSV. Virus ini mengancam
jiwa dan sering sebagai penyebab bayi dirawat di beberapa negara berkembang.
Bayi yang dirawat karena menderita infeksi RSV jauh lebih sedikit pada kelompok
yang mendapat ASI
dibanding bayi yang mendapat susu formula (7% vs 28%) (Tumbelaka dan Karyanti,
2012: 56).
Tidak semua bayi dapat menikmati ASI secara eksklusif
dari ibu, hal ini dikarenakan oleh berbagai keadaan tertentu. Misalnya,
keluarga ibu yang memutuskan untuk tidak menyusui bayi karena terjangkit
penyakit, misalnya: tuberculosis (TBC), atau Acuired Immunodeficiency Syndrom
(AIDS). Dengan keadaan tersebut cara lain untuk memenuhi kebutuhan gizi pada
bayi adalah dengan memberikan susu formula sebagai Pengganti Air Susu Ibu
(PASI) (Roesli, 2012; 78).
Para ibu hendaklah menyusukan
anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuan… Al Baqarah [2:233]. Dan Kami perintahkan kepada
manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun… Luqman
[31:14]. Ayat inilah yang menjadi alasan mengapa ibu yang memiliki anak harus
memberikan air susu ibu kepada anaknya.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dines Kesehatan Kabupaten
Bulukumba tahun 2012 terdapat 7106
jumlah bayi ,tahun 2013 tedapat 7141 jumlah bayi, dan pada tahun 2014
terdapat 6883 jumlah bayi. berdasarkan data tahun 2012 jumlah bayi sebanyak
7106 dan tahun 2013 dengan jumlah bayi sebanyak 6883 ini menandakan adanya
penurunan angka yang signifikan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Pustu Desa Kahayya jumlah ibu yang memiliki bayi 0 – 2 tahun pada tahun 2013 di Dusun Tabbuakang sebanyak 17 orang (54%), di Dusun Kahayya 2 orang (6%), di Dusun Gamaccaya 8 orang (25%), dan di Dusun Siria 5 orang (15) jumlah keseluruhan 32 orang (100%) , tahun 2014 di Dusun Tabbuakang sebanyak 22 orang (44%), di Dusun Kahayya 15 orang (30%), di Dusun Gamaccaya 9 orang (18%), dan di Dusun Siria 4 orang (8%) jumlah keseluruhan 50 orang (100%) dan pada tahun 2015 di Dusun Tabbuakang sebanyak 7 orang (54%), di Dusun Kahayya 2 orang (15,5%), di Dusun Gamaccaya 1 orang (7,5%), dan di Dusun Siria 3 orang (23%) jumlah keseluruhan 13 (100%), jadi jumlah keseluruhan dari 4 dusun mulai tahun 2013 sampai 2015 yaitu sebanyak 95 orang.
Dari latar belakang yang menunjukan bahwa ada banyak ibu yang member susu formula pada, maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitain mengenai “Gambaran Pengetahuarin Ibu Tentang Dampak Pemberian Susu Formla Pada Bayi 0 – 6 Bulan Di Desa Kahayya, Kecematan Kindang, Kabupaten Bulukumba”.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Pustu Desa Kahayya jumlah ibu yang memiliki bayi 0 – 2 tahun pada tahun 2013 di Dusun Tabbuakang sebanyak 17 orang (54%), di Dusun Kahayya 2 orang (6%), di Dusun Gamaccaya 8 orang (25%), dan di Dusun Siria 5 orang (15) jumlah keseluruhan 32 orang (100%) , tahun 2014 di Dusun Tabbuakang sebanyak 22 orang (44%), di Dusun Kahayya 15 orang (30%), di Dusun Gamaccaya 9 orang (18%), dan di Dusun Siria 4 orang (8%) jumlah keseluruhan 50 orang (100%) dan pada tahun 2015 di Dusun Tabbuakang sebanyak 7 orang (54%), di Dusun Kahayya 2 orang (15,5%), di Dusun Gamaccaya 1 orang (7,5%), dan di Dusun Siria 3 orang (23%) jumlah keseluruhan 13 (100%), jadi jumlah keseluruhan dari 4 dusun mulai tahun 2013 sampai 2015 yaitu sebanyak 95 orang.
Dari latar belakang yang menunjukan bahwa ada banyak ibu yang member susu formula pada, maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitain mengenai “Gambaran Pengetahuarin Ibu Tentang Dampak Pemberian Susu Formla Pada Bayi 0 – 6 Bulan Di Desa Kahayya, Kecematan Kindang, Kabupaten Bulukumba”.
B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah
gambaran pengetahuan ibu tentang dampak
pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di Desa Kahayya, Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba Tahun 2015?”
C. Tujuan Penelitian
- Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang dampak pemberian susu formula pada
bayi 0-6 bulan di Desa Kahayya,
Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba Tahun 2015?
- Tujuan Khusus
1.
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang dampak pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di Desa Kahayya, Kecamatan Kindang, Kabupaten
Bulukumba Tahun 2015
berdasarkan umur.
2.
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang dampak pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di Desa Kahayya, Kecamatan Kindang, Kabupaten
Bulukumba Tahun 2015 berdasarkan pendidikan.
3.
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang dampak pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di Desa Kahayya, Kecamatan Kindang, Kabupaten
Bulukumba Tahun 2015
berdasarkan pekerjaan.
4.
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang dampak pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di Desa Kahayya, Kecamatan Kindang, Kabupaten
Bulukumba Tahun 2015
berdasarkan sumber informasi.
D. Manfaat Penelitian
1.
Bagi ibu
Penelitian ini akan menjadi informasi dan masukan dalam meningkatkan
pengetahuan ibu menyusui tentang dampak pemberian susu formula pada bayi
2.
Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman berharga bagi peneliti dalam menerapkan ilmu metode penelitian dan menambah wawasan
pengetahuan tentang dampak pemberian susu formula.
3.
Bagi institusi pendidikan
Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi atau sumber informasi untuk
penelitian berikutnya dan sebagai bahan bacaan di perpustakaan.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Pengetahuan
1.
Definisi
Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau
hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,
hidung, telinga, dan ebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan
sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas
perhatian dan persepsi terhadap objek (Bahtiar, 2010 : 27). Dalam hal ini
pengetahuan orang tua (ibu) tentang penatalaksanaan diare yang diperoleh
melalui penginderaan terhadap objek tertentu.
2. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Anderson (dalam Widodo, 2010: 140) menguraikan
tingkat pengetahuan sebagai berikut:
a.
Mengingat (Remembering)
Dapat
mengingat kembali pengetahuan yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama.
Misalnya seorang ibu dapat mengingat kembali pengetahuannya tentang bagaimana
perawatan diare pada balita.
b.
Memahami (Understanding)
Membangun
makna dari pesan-pesan instruksional, termasuk lisan, tulisan, dan grafik
komunikasi, termasuk di dalamnya: meringkas, menyimpulkan, mengklasifikasi,
membandingkan, menjelaskan, mencontohkan. Misalnya seorang ibu yang mempunyai
balita diare dapat menyimpulkan dan menjelaskan tentang apa dan bagaimana
sebaiknya tindakan yang tepat untuk dilakukan pada anak yang diare.
c.
Menerapkan (Apply)
Aplikasi
diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan ataumengaplikasikan materi yang
dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Misalnya seorang ibu yang
telah paham tentang tata laksana diare pada balita maka dia dapat
mengaplikasikannya pada saat anaknya mengalami diare.
d.
Menganalisis (Analysze)
Kemampuan
seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian
yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian yang satu
dengan yang lainnya. Contoh : seorang ibu dapat membedakan antara diare tanpa
dehidrasi, diare dehidrasi ringan/sedang, diare dehidrasi berat, dan
sebagainya.
e.
Mengevaluasi (Evaluating)
Kemampuan
seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap situasi, nilai atau ide atau
mampu melakukan penilaian berdasarkan kriteria dan standar. Misalnya : seorang
ibu dapat menilai seorang anak menderita diare atau tidak, dan sebagainya.
f.
Menciptakan (Creating)
Kemampuan
menyusun unsur-unsur untuk membentuk suatu keseluruhan koheren atau fungsional,
mereorganisasi unsur ke dalam pola atau struktur baru, termasuk didalamnya
hipotesa (Generating), perencanaan (Planning), penghasil (Producing)
3. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Bahtiar (2010), pengetahuan seseorang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
a. Pengalaman
Pengalaman
dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain. Pengalaman yang sudah
diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang. Pengalaman ibu sebelumnya
dalam merawat anaknya yang diare dapat memperluas pengetahuannya tentang
bagaimana penatalaksanaan diare pada anak yang benar dan tepat.
i.
Umur
Makin tua
umur seseorang maka proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi
pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat
seperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu, daya ingat seseorang
dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa
bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang
diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu mengingat atau menjelang usia
lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.
Seorang ibu yang berumur 40 tahun pengetahuannya akan berbeda dengan saat dia
sudah berumur 60 tahun.
ii.
Tingkat Pendidikan
Pendidikan
dapat memperluas wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum seseorang yang
berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas
dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Seorang
ibu yang berpendidikan tinggi akan pengetahuan yang lebih tentang
penatalaksanaan diare pada balita dibandingkan dengan ibu yang tingkat
pendidikannya lebih rendah.
iii.
Sumber Informasi
Meskipun
seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi
yang baik maka pengetahuan seseorang akan meningkat. Sumber informasi yang
dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang misalnya radio, televise, majalah,
koran dan buku. Walaupun seorang ibu berpendidikan rendah tetapi jika dia
memperoleh informasi tentang penatalaksanaan diare pada balita secara benar dan
tepat maka itu akan menambah pengetahuannya.
iv.
Penghasilan
Penghasilan
tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang
berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli
fasilitas-fasilitas sumber informasi. Ibu yang keluarganya berpenghasilan
rendah akan sulit mendapatkan fasilitas sumber informasi. Tetapi apabila
berpenghasilan cukup maka dia mampu menyediakan fasilitas sumber informasi
sehingga pengetahuannya akan bertambah.
v.
Sosial Budaya
Kebudayaan
setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi
dan sikap seseorang terhadap sesuatu. Misalnya di daerah lain seorang ibu
mempunyai persepsi lain tentang cara merawat balita diare maka hal itu akan
mempengaruhi pengetahuannya tentang perawatan diare pada balita.
4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Notoatmodjo (2003) dalam bukunya Dewi dan Wawan (2011:
16-18) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan antara
lain:
a.
Faktor Internal
2.
Pendidikan
Semakin
tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi (Nursalam, 2003).
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang
diberikan kepada anak yang tertuju kepada kedewasaan (Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ririn tahun 2011 menunjukkan
mayoritas ibu yang berpengetahuan baik adalah ibu yang berpendidikan tinggi
yaitu SMA (Ririn, 2011).
3.
Pekerjaan
Menurut
Thomas, pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan,
tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang
dan banyak tantangan (Wawan & Dewi, 2010:17). Berdasarkan hasil penelitian
Amiruddin tahun 2006 menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan
dengan pengetahuan ibu (Amiruddin, 2006).
4.
Umur
Segi kepercayaan
masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang
belu cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan
kematangan jiwanya, makin tua seseorang maka makin kondusif dalam menggunakan koping
terhadap masalah yang dihadapi (Azwar, 2009).
a.
Faktor Eksternal
1)
Lingkungan
Ann.
Mariner menjelaskan, lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar
manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang
atau kelompok (Wawan dan Dewi, 2011:18).
2)
Sosial Budaya
Sosial
budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima
informasi (Wawan dan Dewi, 2011:18).
5. Kriteria Pengetahuan
Menurut Arikunto (2010) pengetahuan seseorang dapat
diketahui dan dapat diinterpretasikan yaitu:
a.
Baik : hasil presentase 76 % - 100 % dari skor benar.
b.
Cukup : hasil presentase 56 % - 75 % dari skor benar.
c.
Kurang : hasil presentase <55 % dari skor benar
B.
Tinjauan Tentan Susu Formula
- Defenisi
Susu formula adalah susu yang dibuat dari susu sapi
atau susu buatan yang diubah komposisinya hingga dapat dipakai sebagai
pengganti ASI. Alasan dipakainya susu sapi sebagai bahan dasar mungkin oleh
banyaknya susu yang dapat dihasilkan oleh peternak (Triana,2012). Susu formula
disebut juga dengan susu buatan, oleh karena minuman buatan ini fungsinya
sebagai pengganti susu ibu. Susu formula diproduksi khusus untuk konsumsi
khusus seperti susu untuk bayi, anak dan susu ibu hamil dan menyusui serta
orang dewasa lainnya dengan kebutuhan konsumsi susu tertentu (Triana,2012).
- Jenis-Jenis Susu Formula
Susu formula terbuat dari susu sapi, susu kedelai,
protein hidrolisa yang susunan gizinya diubah sedemikian rupa sehingga
mendekati susunan zat gizi dalam ASI. Di Indonesia telah beredar berbagai macam
susu formula dengan berbagai merek dagang, akan tetapi susu formula dapat
dibagi menjadi tiga golongan menurt (Muchadi, 2010 : 67) yaitu sebagai berikut:
a.
Susu formula “adapted”
“Adapted” berarti disesuaikan dengan
fisiologis bayi, susu formula ini komposisinya sangat mendekati ASI, sehingga
cocok untuk digunakan bagi bayi baru lahir sampai umur 4 bulan. Formula “adapted” yang beredar di Indonesia
antara lain: Vitalac, Nutrilion, Bebelac,
Dumex dan Enfamil.
b.
Susu formula “complete starting”
Susunan
zat gizi dalam susu formula ini sudah lengkap sehingga dapat diberikan sebagai
susu awal (permulaan). Berbeda dengan susu formula “adapted”, kadar protein dan mineralnya lebih tinggi dibandingkan
susu formula “adapted”, karena cara
pembuatan susu formula “complete starting”
lebih mudah dibandingkan dengan susu formula “adapted” maka harga susu formula “complete starting” lebih murah.
Susu formula “complete starting” yang
beredar di Indonesia antara lain: SGM-1, Lactogen-1,
dan New Camelpo.
c.
Susu formula “follow-up”
Pengertian “follow-up” dalam
susu formula ini adalah lanjutan, yaitu mengganti susu formula yang sedang
digunakan dengan dengan susu formula “follow-up”.
Susu formula ini digunakan pada bayi yang berumur 6 bulan ke atas. Pada umumnya
susu formula ini mengandung protein dan mineral. Contoh susu formula “follow-up” yaitu antara lain: Lactogen-2, SGM-2, Chilmil, Promil dan
Nutrima.
- Dampak-dampak Pemberian Susu Formula
Berbagai dampak negative yang terjadi pada bayi akibat
dari pemberian susu formula menurut (Muchadi, 2010 : 70), antan lain :
a.
Pencemaran
Susu buatan sering tercemar bakteri, terutama bila ibu menggunakan botol
dan tidak merebusnya setiap selesai memberi minum. Bakteri tumbuh sangat cepat
pada minuman buatan.
b.
Infeksi
Susu formula tidak mengandung antibody untuk melindungi tubuh bayi
terhadap infeksi. Bayi yang diberi susu formula lebih sering sakit diare dan
infeksi saluran nafas.
c. Pemborosan
Ibu dari kelompok ekonomi rendah mungkin tidak mampu membeli cukup susu
formula untuk bayinya. Mereka mungkin memberi dalam jumlah lebih sedikit dan
mungkin menaruh sedikit susu atau bubuk susu kedalam botol, sebagai akibatnya
bayi yang diberi susu formula sering kelaparan dan akhirniya dapat menyebabkan
kurangnya gizi pada bayi
d. Kekurangan
Vitamin
Susu formula tidak mengandung vitamin yang cukup untuk bayi. ASI
mengandung lebih banyak vitamin C dan vitamin D.
e. Kekurangan
Zat Besi
Zat besi dari susu formula tidak diserap sempurna seperti zat besi da ASL
Bayi yang diberi minuman buatan seperti susu formula dapat terkena anemia karena
kekurangan zat besi.
f. Lemak
Yang Tidak Cocok
Susu formula yang terbuat ddari susu sapi mengandung banyak asam lemak
jenuh dibandingkan ASI. Untuk pertumbuhan bayi yang sehat di perlukan asam
lemak esensial dan asam linoleat yang cukup, dan mungkin juga tidak mengandung
kolesterol yang cukup bagi pertumbuhan otak dan sebagai penyebab kegemukan
(obesitas) pada bayi, dan sebagian susu formula tidak banyak mengandung energi
yang dibutuhkan bagi pertumbuhan bayi.
g. Protein
Yang Tidak Cocok
Susu formula mengandung terlalu banyak kasein, Kasein mengandung campuran asam amino yang tidak cocok dan sulit
dikeluarkan atau dicerna oleh ginjal bayi yang belum sempurna. Petugas
kesehatan sering menganjurkan kepada ibu-ibu untuk mengencerkan susu formula
dengan air untuk mengurangi protein total. Tetapi susu yang diencerkan tidak
mengandung asam amino esensial yang cukup yang diperlukan bagi pertumbuhan otak
bayi.
h. Tidak
bisa dicerna
Susu formula Iebih sulit dicema karena tidak mengandung enzim lipase
untuk mencema lemak. Karena susu formula lambat dicerna maka Iebih lama untuk
mengisi lambung bayi dari pada ASI, akibatnya bayi tidak cepat lapar. Bayi yang
diberi susu formula bisa dapat menderita sembelit, yaitu tinja menjadi lebih
keras dan tebal (Nelson,2011: 89).
i.
Alergi
Bayi yang diberi susu formula terlalu dini kemungkinan menderita lebih
banyak masalah alergi, misalnya : asma. Penggunaan susu formula yang tidak
tepat dapat menimbulkan bahaya.
Menurut Nursalam (2010: 56), ada 3 (tiga) macam bahaya yang ditimbulkan akibat pemberian
susu formula path bayi :
1)
Infeksi : dapat menyebabkan bayi menderita diare. Bayi
dengan susu formula 4 kali Iebih banyak terkena diare dibandingkan dengan yang
diberi ASI. Infeksi umumnya disebabkan karena bakteri.
2)
Oral moniliasis : infeksi yang disebabkan jamur pada susu
yang juga menimbulkan diare, pada bayi yang mengkonsumsi susu formula 6 kali
lebih banyak terkena moniliasis pada mulut bayi.
3)
Marasmus gizi : suatu keadaan gizi buruk yang
disebabkan kekurangan kalori dan protein. Pengenceran susu dengan air yang
melebihi ketentuan bukan saja menurunkan kadar kalori tetapi juga kadar
protein, sehingga kebutuhan bayi akan kedua zat gizi utama tersebut tidak
terpenuhi.
- Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu memberikan susu formula pada bayi
Susu formula merupakan alternatif pemberian susu yang
terbaik pada keadaan tertentu. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ibu
memberikan susu formula pada bayi karena dalam keadaan-keadaan tertentu. Yang
termasuk kedaan tertentu yaitu: keluarga memutuskan untuk tidak menyusui bayi
atau ibu tidak mampu menyusui karena suatu penyakit tertentu seperti: TBC,
AIDS. Pada ibu yang dengan waktu yang tidak memungkinkan untuk menyusui bayi
dikarenakan pekerjaan ibu, susu formula sebagai pengganti ASI dan pelengkap ASI
jika produksi susu tidak mencukupi dan seperti bayi yang diadopsi yang harus
diberikan susu formula sabagai ganti dari ASI (Jensen, 2010: 98).
(Soetjiningsih,
1997, Triana, 2012) Menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaan susu formula meliputi:
a. Faktor Kesehatan
1 ) Kesehatan psikologis:
d. Takut kehilangan daya tarik sebagai
seorang wanita
e. Tekanan batin, Misalnya trauma akan
pengalaman menyusui sebelumnya.
2)
Kesehatan fisik :
a. Ibu tidak keluar ASI nya
b. Ibu sakit
3
) Faktor Pengetahuan
Meliputi pengetahuan orang tua
tentang seberapa penting susu formula di berikan pada anak sebagai makanan
pendamping. Hal ini menyangkut juga keberadaan tempat tinggal media informasi
yang menginformasikan pentingnya susu formula bagi anak dalam mencapai tumbuh
kembang yang optimal. Pengaruh kemajuan teknologi dalam perubahan sosial budaya
menyebabkan ibu-ibu di perkotaan umumnya, memberikan susu formula, karena susu
formula merupakan alternatif tercepat yang mereka pilih untuk mengatasi
kebutuhan bayi selama mereka bekerja, hal ini menjadi kendala tersendiri bagi
kelangsungan pemberian ASI eksklusif (Depkes RI, 2012).
4) Faktor Daya Beli
Definisi Daya beli adalah
kemampuan membayar untuk memperoleh barang yang dikehendaki atau diperlukan
(Kamus Besar bahasa Indonesia; Balai Pustaka 2011; 241).
5)
Faktor
Lingkungan
a)
Faktor Iklan
:
Meningkatnya iklan susu
formula yang menggambarkan berbagai kandungan yang bermanfaat di berbagai medi
b)
Faktor
tempat tinggal :
Ketika bertempat tinggal di
perkampungan akan menyulitkan pemberiansusu formula dan juga terbatasnya
informasi tentang susu formula
- Komposisi Susu Formula
Susu formula yang dibuat dari susu
sapi telah diproses dan diubah kandungan komposisinya sebaik mungkin agar
kandungannya sama dengan ASI tetapi tidak 100% sama. Proses pembuatan susu formula,
kandungan karbohidrat, protein dan mineral dari susu sapi telah diubah kemudian
ditambah vitamin serta mineral sehingga mengikuti komposisi yang dibutuhkan
sesuai untuk bayi berdasarkan usianya (Suririnah, 2010 : 28).
Menurut (Khasanah, 2011 : 89) ada beberapa kandungan
gizi dalam susu formula yaitu, lemak disarankan antara 2,7-4,1 g tiap 100 ml,
protein berkisar antara 1,2-1,9 g tiap 100 ml dan karbohidratberkisar antara
5,4-8,2 g tiap 100 ml.
- Kelemahan Susu Formula
Praptiani (2012) menjelaskan telah
teridentifikasi adanya kerugian berikut ini untuk bayi yang diberikan susu
formula yaitu:
b)
Susu formula kurang mengandung beberapa senyawa
nutrien.
c)
Sel-sel yang penting dalam melindungi bayi dari berbagi
jenispatogen.
d)
Faktor antibodi, antibakteri dan antivirus ( misalnya
IgA, IgG,IgM dan laktoferin).
e)
Hormon (misalnya hormon prolaktin dan hormon tiroid).
f)
Enzim dan prostaglandin.
Sutomo dan Anggraini (2010)
menjelaskan susu formula mempunyai beberapa kelemahan, antara lain; kurang
praktis karena harus dipersiapkan terlebih dahulu, tidak dapat bertahan lama,
mahal dan tidak selalu tersedia, cara penyajian harus tepat dapat menyebabkan
alergi.
Susu formula banyak kelemahannya karena terbuat dari
susu sapi sehingga dijelaskan Khasanah (2011) antara lain; kandungan susu formula
tidak selengkap ASI, pengenceran yang salah, kontaminasi mikroorganisme,
menyebabkan alergi, bayi bisa diare dan sering muntah, menyebabkan bayi terkena
infeksi, obesitas atau kegemukan, pemborosan, kekurangan zat besi dan vitamin,
mengandung banyak garam.
- Efek atau dampak negatif pemberian susu formula
Roesli (2008) menjelaskan berbagai dampak negatif
yang terjadi pada bayi akibat dari pemberian susu formula, antara lain:
a)
Gangguan saluran pencernaan (muntah, diare)
Judarwanto (2007) menjelaskan bahwa anak yang diberi
susu formula lebih sering muntah/gumoh, kembung, “cegukan”, sering buang angin,
sering rewel, susah tidur terutama malam hari. Saluran pencernaan bayi dapat
terganggu akibat dari pengenceran susu formula yang kurang tepat, sedangkan
susu yang terlalu kental dapat membuat usus bayi susah mencerna, sehingga
sebelum susu dicerna oleh usus akan dikeluarkan kembali melalui anus yang
mengakibatkan bayi mengalami diare (Khasanah, 2011).
b)
Infeksi saluran pernapasan
Gangguan saluran pencernaan yang terjadi dalam jangka panjang
dapat mengakibatkan daya tahan tubuh berkurang sehingga mudah terserang infeksi
terutama ISPA (Judarwanto, 2010).
Susu sapi tidak mengandung sel darah putih hidup dan antibiotik
sebagai perlindungan tubuh dari infeksi. Proses penyiapan susu formula yang
kurang steril dapat menyebabkan bakteri mudah masuk (Khasanah, 2011).
c)
Meningkatkan resiko serangan asma
ASI dapat melindungi bayi dari
penyakit langkh botulism, penyakit ini merusak fungsi saraf, menimbulkan
berbagai penyakit pernapasan dan kelumpuhan otot (Nasir, 2011).
Peneliti sudah mengevaluasi efek
perlindungan dari pemberian ASI, bahwa pemberian ASI melindungi terhadap asma dan
penyakit alergi lain. Sebaliknya, pemberian susu formula dapat meningkatkan
resiko tersebut (Oddy, dkk, 2003) dalam (Roesli, 2010
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep pada penelitian dengan judul Gambaran pengetahuan
ibu tentang dampak pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di Desa Kahayya, Kecamatan Kindang, Kabupaten
Bulukumba Tahun 2015 adalah variabel independent yaitu umur, pendidikan, pekerjaan,
sumber informasi, dan variabel dependent adalah dampak pemberian susu formula.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan sebagai berikut.
Variabel Independen Variabel Dependent
B. Defenisi Operasional
- Pengetahuan
Pengetahuan
adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek
melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan ebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sampai
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian
dan persepsi terhadap objek (Bahtiar, 2010 : 27). Dalam hal ini pengetahuan ibu
tentang dampak pemberian susu formula umur 0-6 bulan yang diperoleh melalui
penginderaan terhadap objek tertentu.
- Kriteria Objektif
Menurut
Arikunto (2010) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan dapat
diinterpretasikan yaitu:
a.
Baik
|
:
|
Apabila skor
76 - 100% dan total skor (bila jawaban yang benar adalah 16 - 20 dari 20
pertanyaan yang diberikan).
|
b.
Cukup
|
:
|
Apabila skor
60 - 75% dan total skor (bila jawaban yang benar 12 - 15 dari 20 pertanyaan
yang diberikan).
|
c.
Kurang
|
:
|
Apabila skor <
55% dan total skor (bila jawaban yang benar < 11 dari 20 pertanyaan yang
diberikan).
|
BAB IV
METODE
PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian
deskriptif yaitu bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang dampak
pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di Desa Kahayya, Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba Tahun 2015.
B.
Lokasi
dan Waktu Penelitian
1.
Lokasi Penelitian
Penelitian
ini dilakukan di Desa Kahayya,
Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba Tahun 2015, dengan alasan karena adanya sampel yang
memenuhi syarat yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian dan lokasi
penelitian dekat sehingga mempermudah untuk pengambilan sampel.
2.
Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan dilakukan
pada bulan Maret – Juni 2015
C. Populasi dan Sampel
- Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan (Mustamin, 2014:12). Pada penelitian ini populasi yang akan diteliti
adalah seluruh ibu yang memiliki bayi usia 0 – 6 tahun di Desa Kahayya Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba yang
berjumlah 95 orang.
- Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pengambilan sampel dalam penelitian
ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan
hanya atas dasar pertimbangan peneliti saja yang menganggap unsur – unsur yang
dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil (Mustamin,2014:12).
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak usia 0 – 6 tahun
sebanyak 32 responden.
D. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh
dengan kuesioner sebagai alat bantu, dimana terlebih dahulu memberikan penjelasan
singkat tentang kuesioner, dibandingkan dan diisi oleh responden, kemudian
dikumpul kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya.
E. Teknik Pengolahan Data dan Analisa
- Pengolah Data
a.
Proses Editing
Dilakukan pengecekan kelengkapan data pada data yang terkumpul bila
terdapat data yang tidak lengkap atau kurang akan dilakukan pendataan ulang.
b.
Coding
Data yang telah di edit dirubah ke dalam bentukan (kode) untuk memenuhi
data yang ada.
c.
Tabulating
Data yang sudah diedit dimasukkan dalam bentuk tabel distribusi
frekwensi.
F.
Teknik
Analisa Data
Analisa data dilakukan secara
deskritif dengan melihat persentasi data yang te!ah terkumpul dan disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan analisa data dilanjutkan dengan
membahas hasil penelitian dengan menggunakan teori dan kepustakaan yang ada.
G.
Etika
Penelitian
Dalam
melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan ijin kepada Kepala desa Bontoraja Kecematan Gantarang Kabupaten Bulukumba.
Kemudian kuesioner dibagikan kepada responden dengan memperhatikan etika. Secara umum terdapat empat prinsip
utama dalam etik penelitian menurut komisi nasional etik penelitian keperawatan
(KNEPK) yaitu:
1.
Menghormati seseorang
(respect for person).
Penelitian harus dilaksanakan dengan
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Subjek memiliki hak asasi dan
kebebasan untuk menentukan pilihan ikut atau menolak penelitian (autonomy).
Tidak boleh ada paksaan atau penekanan tertentu agar subjek bersedia ikut dalam
penelitian. Subjek dalam penelitian juga berhak mendapatkan informasi yang
terbuka dan lengkap tentang pelaksanaan penelitian meliputi tujuan dan manfaat
penelitian, prosedur penelitian, resiko penelitian, keuntungan yang mungkin
didapat dan kerahasiaan informasi.
Setelah mendapatkan penjelasan yang
lengkap dan mempertimbangkannya dengan baik, subjek kemudian menentukan apakah
akan ikut serta atau menolak sebagai subjek penelitian. Prinsip ini tertuang
dalam pelaksanaan informed consent yaitu persetujuan untuk berpartisipasi
sebagai subjek penelitian setelah mendapatkan penjelasan yang lengkap dan
terbuka dari peneliti tentang keseluruhan pelaksanaan penelitian.
Peneliti melakukan beberapa hal yang
berhubungan dengan informed consent antara lain :
a. Mempersiapkan
formolir persetujuan yang akan ditandatangani oleh
subjek penelitian.
b.
Memberikan penjelasan
langsung kepada subjek mencakup seluruh
penjelasan
yang tertulis dalam formulir informed consent dan penjelasan lain yang diperlukan untuk
memperjelas pemahaman subjek tentang pelaksanaan penelitian.
memperjelas pemahaman subjek tentang pelaksanaan penelitian.
c. Memberikan
kesempatan kepada subjek untuk bertanya tentang aspek
aspek yang belum dipahami dari penjelasan
penelitian dan menjawab
seluruh pertanyaan subjek dengan terbuka.
d. Memberikan
waktu yang cukup kepada subjek untuk menentukan
pilihan mengikut atau menolak ikut serta
sebagai subjek penelitian.
e. Meminta
subjek untuk menandatangani formulir informed consent, jika
ia menyetujui ikut serta dalam penelitian.
2. Kemanfaatan
(beneficence)
Prinsip ini mengandung makna bahwa
setiap penelitian harus mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
subjek penelitian dan populasi dimana hasil penelitian akan diterapkan
(beneficience). Kemudian meminimalisir resiko/dampak yang merugikan bagi subjek
penelitian (nonmalefeficience).
3. Keadilan
(justice).
Prinsip keterbukaan dalam penelitian
mengandung makna bahwa penelitian dilakukan secara jujur, tepat, cermat,
hati-hati dan dilakukan secara professional. Sedangkan prinsip keadilan
mengandung makna bahwa penelitian memberikan keuntungan dan beban secara merata
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan subjek.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Responden dalam penelitian ini
adalah ibu yang memiliki anak usia 0 – 6 tahun didesa kahayya sebanyak 32
orang. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
menyebarkan kuesioner kepada responden dan kemudian kuesioner dikembalikan
kepada peneliti untuk diolah.
Pengolahan data dilakukan secara manual.
Berdasarkan perhitungan diperoleh sebagai berikut :
1.
Karakteristik responden
berdasarkan umur
Tabel 1 Distribusi
Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Responden di Desa kahayya kec, kindang
kab, bulukumba
Umur Ibu
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
17 - 20 tahun
|
1
|
3,1%
|
20 -35 tahun
|
29
|
90,6%
|
35 - 40 tahun
|
2
|
6,3%
|
Total
|
32
|
100%
|
Tabel 1
di atas menunjukan responden yang berumur 17 – 21 tahun sebanyak 1 orang (3,1%), berumur 20 – 35 tahun
sebanyak 29 orang (90,6%), berumur 35 – 40 tahun sebanyak 2 orang (6,3%),
2.
Karakteristik responden
berdasarkan pendidikan
Tabel 3 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
Responden di Desa kahayya,kec, kindang, kab.bulukumba
Responden di Desa kahayya,kec, kindang, kab.bulukumba
Pendidikan
|
Frekuensi
|
Persentase
(%)
|
SD
|
18
|
56,2 %
|
SMP
|
8
|
25%
|
SMA
|
6
|
18,8%
|
Total
|
32
|
100%
|
Berdasarkan. tabel 2
diatas menujukan responden yang tingkat pendidikan SD sebanyak 18 orang (56,2%),
SMP sebanyak 8 orang (25,0%), dan SMA sebanyak 6 orang (18,8%)
3.
Karakteristik responden
berdasarkan pekerjaan
Tabel 4 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Responden di Desa kahayya, Kecamatan kindang, kab.
Bulukumba.
Responden di Desa kahayya, Kecamatan kindang, kab.
Bulukumba.
Pekerjaan Ibu
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
IRT
|
17
|
53,1%
|
Karyawan/Swasta
|
7
|
21,9%
|
Petani
|
7
|
21,9%
|
Wiraswasta
|
1
|
3,1%
|
Total
|
32
|
100%
|
Berdasarkan tabel 3 diatas
menunjukan responden yang memiliki pekerjaan sebagai IRT sebanyak 17 orang (53,1%),
karyawan/swasta sebanyak 7 orang (21,9%) dan petani sebanyak 7 orang (21,9%),
dan wiraswasta sebanyak 1 orang (3,1).
Dari data yang
diperoleh kemudian disajikan dalam tabel kuantitas responden berdasarkan 3
kategori yaitu baik, cukup dan kurang yang disajikan dalam bentuk tabel berikut
ini.
a.
Pengetahuan Tentang dampak pemberian susu formula
Tabel 5 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Pengetahuan Ibu tentang
susu formula di Desa kahayya, Kecamatan
kindang, kab.
Bulukumba.
Pengetahuan
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
Baik
|
8
|
25%
|
Cukup
|
9
|
28,1%
|
Kurang
|
15
|
46,9%
|
Total
|
32
|
100%
|
Tabel 5, Dapat diketahui bahwa
sebagian besar pengetahuan ibu tentang susu formula di Desa Kahayya, Kec,
Kindang, Kab.Bulukumba dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 15 orang (46,9%).
B.
Pembahasan
Pengetahuan
adalah gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi.
Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budidaya untuk
mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan
sebelumnya (Suparyanto, 2010). Susu formula adalah susu yang dibuat dari susu
sapi atau susu buatan yang diubah komposisinya hingga dapat dipakai sebagai
pengganti ASI. Alasan dipakainya susu sapi sebagai bahan dasar mungkin oleh
banyaknya susu yang dapat dihasilkan oleh peternak (Triana,2012).
Susu formula disebut juga dengan susu buatan, oleh karena minuman buatan
ini fungsinya sebagai pengganti susu ibu. Susu formula diproduksi khusus untuk
konsumsi khusus seperti susu untuk bayi, anak dan susu ibu hamil dan menyusui
serta orang dewasa lainnya dengan kebutuhan konsumsi susu tertentu (Triana,2012).
Berdasarkan hasil penelitian
diatas menunjukan bahwa dari 32
responden yang berpengetahuan baik sebanyak 7 orang (17,5%), berpengetahuan
cukup sebanyak 14 orang (35%) dan yang berpengetahuan kurang sebanyak 19 orang
(47,5%). Tinggi dan rendahnya tingkat pengetahuan tentang teknik memijat bayi
usia 0 – 2 tahun dipengaruhi faktor pendidikan dan umur. responden dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 18 orang
(45%), SMP sebanyak 11 orang (27,5%), SMA sebanyak 6 orang (15%) dan SI hanya
sebanyak 5 orang (12,5%), sedangkan responden yang berumur 17 – 21 tahun
sebanyak 6 orang (15%), berumur 22 – 25
tahun sebanyak 8 orang (20%), berumur 26 – 29 tahun sebanyak 8 orang (20%),
berumur 30 – 33 tahun sebanyak 6 orang (15%), berumur 34 – 37 tahun sebanyak
7 orang (17,5%) dan yang berumur 38 – 41 tahun sebanyak 5 orang (12,5%).
Hal ini sejalan dengan penelitian
Bidan Prada: Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol.3 No.1 Edisi juni 2012 9 Hal,
menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang memberikan susu formula
berdasarkan pendidikan yaitu ib yang berpendidikan SMA sejumlah 20 responden (
54,05% ), ibu yang berpendidikan tinggi dan SMP sama yaitu 6 responden ( 16,22%
), sedangkan faktor yang paling sedikit memberikan susu formula adalah ibu
berpendidikan SD sejumlah 5 responden ( 13,51% ).
Hal ini sesuai dengan
kenyataanyang ada diDesa Kahayya menunjukkan bahwa dari 32 responden yang
diteliti sebagian besar responden mempunyai pengetahuan kurang, ini dipengaruhi
karna pendidikan, semakin tinggi pendidikan seseorang maka pengetahuannya
semakin meningkat sedangkat di Desa Kahayya kebanyakan tingkat pendidikannya
hanya SD yaitu 18 ( 56,2% ) dari 32 responden, kurangnya pengetahuan disebabkan
karna pekerjaan di Desa Kahayya kebanyakan responden memiliki pekerjaan IRT
yaitu 17 ( 53.1% ) dari 32 responden, serta tingkat pengetahuan dipengaruhi
oleh umur karna semakin tua umur seseorang maka mentalnya semakin baik.
BAB VI
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Pengetahuan ibu tentang pemberian susu formula pada
bayi 0 – 6 bulan dengan jumlah responden sebanyak 32 orang menunjukkan bahwa
terdapat sebanyak 8 ( 25% ) ibu memiliki pengetahuan baik, ibu yang pengetahuan
cukup sebanyak 9 ( 28,1% ) dan ibu yang pengetahuan kurang sebanyak 15 ( 46,9%
).
2.
Saran
1.
Bagi Tenaga
Kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan selalu memberikan penyuluhan kepada ibu tentang Susu formula dan mengawasi
pemberian Susu formula secara
berkesinambungan
agar ibu memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang Susu formula.
2.
Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat dapat menambah wawasan khususnya
tentang Susu
formula sehingga masyarakat mengerti dan mampu
mengubah sikap menjadi lebih baik dalam pemberian Susu formula kepada bayi.
3.
Bagi Peneliti selanjutnya
Diharapkan untuk peneliti
selanjutnya dapat meneliti dampak yang lain yang mempengaruhi
sikap pemberian Susu formula.