Autumn Falling Leaves

Selasa, 15 November 2016

Makalah Omfalokel





KATA  PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini dalam bentuk dan isi yang sangat sederhana.
   Salam dan salawat semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW, dimana beliau adalah sosok yang sangat dimuliakan dan dirindukan oleh seluruh umatnya, penulis sampaikan terima kasih kepada dosen dan rekan-rekan yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini.
   penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah yang akan penuis buat selanjutnya.





                                                                                     Makassar , 25 juni 2016


Mariana


DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI   

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Ru
ang lingkup masalah
1.3 Tujuan 
penulisan

BAB II PEMBAHASAN   
2.1  Definisi Omfalokel
2.2  Etiologi Omfalokel
2.3  Fatofisiologis Omfalokel
2.4  Diagnosa Omfalokel
2.5 Klarifikasi Omfalokel
2.6 Komposisi Omfalokel
2.7 Penatalaksanaan Omfalokel

BAB III PENUTUP   
1.Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA   

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Masalah – masalah yang terjadi pada bayi baru lahir yang diakibatkan oleh tindakan – tindakan yang dilakukan pada saat persalinan sangatlah beragam. Trauma akibat tindakan, cara persalinan atau gangguan kelainan fisiologi persalianan yang sering kita sebut sebagai cedera atau trauma lahir.
Partus lama akan menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis, kebanyakan cedera lahir ini akan menghilang sendiri dengan perawatan yang baik dan adekuat.
Keberhasilan penatalaksanaan kasus kelainan bayi dan anak tergantung dari pengetahuan dasar dan penentan diagnosis dini, persiapan praoperasi, tindakan anastesi dan pembedahan serta pasca operasi. Penatalaksanaan perioperatif yang baik akan meningkatkan  keberhasilan penanganan kelainan bayi dan anak.
1.2  Ruang Lingkup Masalah
Ruang lingkup pembahasan yang akan dibahas yaitu mengenai penonjolan dari usus pada bayi baru lahir atau biasa disebut omfalokel.
1.3  Tujuan Penulisan
1.      Mahasiswa mampu mempelajari asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan trauma lahir.
2.      Untuk memaksimalkan penatalaksanaan perioperatif pada obstuksi usus untk menurnkan morbiditas dan mortalitas pada bayi.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Definisi
Omfalokel adalah penonjolan dari usus atau isi perut lainnya melalui akar pusat yang hanya dilapisi oleh peritoneum (selaput perut) dan tidak dilapisi oleh kulit.
Omfalokel secara bahasa berasal dari bahasa yunani omphalos yang berarti umbilicus tali pusat dan cele yang berarti bentuk hernia. Omphalokel diartikan sebagai suatu defek sentral dinding abdomen pada daerah cincin umbilicus (umbilical ring) atau cincin tali pusat sehingga terdapat herniasi organ – organ obdomen dari cavum abdomen namun masih dilapiasi oleh suatu kantong atau selaput. Selaput terdiri atas lapisan amnion dan peritenium. Diantara lapisan tersebut kadang – kadang terdapat lapisan wharton’sjells.
Omfalokel suatu keadaan dimana visceral abdominal terdapat di luar cavum abdomen tetapi masih di dalam kantong amnion. Omphalocele dapat diartikan sebagai kantong bening tidak berpembuluh darah yang terdiri dari lapisan periteneum dan  lapisan amnion pada pangkal tali pusat. Omphalokel adalah herniasi sebagai isi intra abdomen melalui cincin umbilicus yang terbuka kedalam dasar tali pusat. Ukurannya bervariasi dalam sentimeter, di dalamnya berisi seluruh midgut, raster dan leper. Sekitar 70% kasus, omphalokel berhubungan dengan kelainan yang lain. Kelainan kebanyakan adalah kelainan kromosom.
Sudah lama dikenal bahwa omphalokel sering berhbungan dengan kelainan penyerta lain, hal ini menunjukan keikutsertaan perkembangan embriologi secara mum. Kelainan penyartaan terjadi antara 30% sampai denan 70% termasuk kelainan kromosom. Frekuensi cenderung menurun, kelainan jantung congenital, sindrom beckwith-wiedemann (bayi dengan besar masa kehamilan : hiperinsulinisme, viseromegali dari ginjal, gladula suprarenalis dan pankreas, makrosolia, tumor hepatorenal, ekstrofia kloaka.
2.2  Etiologi
Penyebab pasti terjadinya omfalokel belum jelas sampai sekarang. Beberapa factor resiko atau factor yang berperan menimbulkan terjadinya omfalokel diantaranya adalah infeksi, pengunaan oabat dan rokok pada ibu hamil, defesiensi asam folak, hipoksia, pengunaan salisilat, kelainan genetik  serta polihidramnion. Walaupun omphalokel pernah dilaporkan terjadi secara hereditas, namun 50 – 70 %  penderita berhubungan dengan sindrom kalainan kongenital yang lain.
Sindrom kelainan kongenital yang sering berhubungan dengan omphalokel diantaranya:
a.       syndrome of upper midline development atau thorako abdominal syndrome (pentalogy of centrell) berupa midline omphalocele, anterior diaphragmatic hernia, sterna cleft, cardiac anomaly berupa ektopic cordis dan vsd.
b.      Syndrome of lower midline development benzpa bladder (hipogastic omphalocele) atau cloacal atresia, inferforate anus, colonie atresia, vesicointestinal fistula, sacrovenbral anomaly dan menin.wmyelecele dan syndrome vang lain seperti beckwith-wiedemann syndrome,reiger syndrome, prune-belly syndrome dan syndrome kelainan kromosom seperti telah disebutkan
Menurut Glasser (2003) ada beberapa penyebab omphalokel, yaitu;
1.      factor kehamilan dengan resiko tinggi, sepeti ibu hamil sakit dan terinfeksi, pengunaan obat – obatan, merokok, dan kelainan genetic. Factor – factor tersebut berperan pada timbulnya insufiensiensi plasenta dan lahir pada kehamilan kurang atau bayi premature, diantaranya bayi
2.      defisiensi asam folak hipoksia dan salisilat menimbulkandefek dinding abdomen pada percbaan dengan tikus tetapi kemaknaannya secara klinis masih sebatas pemikiran. Secara jelas minimbulkan peningkatan MSAEP (Maternal Serum Alfa Feto Protein) pada pelacekan dengan ultrasonografi memberikan suatu kepastian telah terjadi kelainan structural pada fetus bila suatu kelainan didapati bersamaan dengan adanya omphalokel, layak untuk dilakukan omniosetesis guna melacak kelainan genetic.
3.      Polohidramnion diduga adanya artesia intestinal fetus dan kemungkinan tersebut harus dilacak dengan USG.

2.3  Fatofisiologis
Pada janin usia 6 – 6 minggu isi abdomen terletak di luar embrio di rongga selom. Pada usia 10 minggu terjadi pengembangan lumen abdomen sehingga usus dari extra peritoneum akan masuk rongga perut. Bila proses ini terhambat maka akan terjadi kantong di pangkal umbilicus yang berisi usus, lambung kadang hati. Dindinya tipis terdiri dari lapisan peritoneum dan lapisan amnion yang keduanya bening sehingga isi kanting tengah tampak dari luar, keadaan ini disebut omfalokel. Bila usus keluar dari titik terlemah dari kanan umbilicus, usus akan berada di luar rongga perut tanpak dibungkus peritoneum dan amnion, keadaan ini di sebut gastroschisis.
2.4  Diagnosa
Dignosa omfalokel adalah sederhana, namun perlu waktu khusus sebelum operasi dikerjakan, pemeriksaan fisik secara lengkap dan perlu suatu rontgen dada serta ekokardiogram pada saat lahir, ornphalokel diketahui sebagai defek dinding abdomen pada dasar cincin umbilicus. Defek tersebut lebih dari 4 cm (bila defek kurang dri 4 cm secara umum dikenal sebagai hernia umbilikalis) dan dibungkus oleh suatu kantong membrane atau amnion. Pada 10o sampai 18o kantong mungkin akan rupture dalam rahim atau sekitar 4o saat proses kelahiran.
Omfalokel raksasa (gnant omphalocele) mempunyai suatu kantong vani, menempati hampir seluruh dinding abdomen berisi hampir semua organ intraabdomen dan berhubungan dengan tidak berkembang rongga perineum serta hipoplasi pulrnoner.
Diagnosis omphalokel ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan dapat ditegakkan pada waktu prenatal dan pada waktu postnatal:
1.  Diagnosa prenatal
Diagnosa prenatalterhadap omfalokel sering ditegakkan dengan bantuan USG. Defek dinding abdomen janin biasanya dapat dideteksi pada saat minggu ke 13 kehamilan, dimana pada aat tersebut secara normal seharusnya usus telah masuk seluruhnya kedallam kavum abdomen janin.
2.  Diagnosa postnatal (setelah kelahiran)
Gambarn klinik bayi baru lahir dengan omfalokel ialah terdapatnya defek sentral dinding abdomen pada daerah tali pusat. Defek bervariasi ukrannya, dengan diameter mulai 4 cm sampai 12 cm, mengandung herniasi organ – organ abdomen baik solid maupun berongga dan masih dilapisi oleh selaput atau kantong serta tampak tali pusat berinsersi pada puncak kantong. Kantong atau selaput tersusun atas 2 lapisan yaitu lapisan luar berupa selaput amnion dan lapisan dalam berupa lapisan peritoneum. Diantara lapisan tersebut kadang – kadang terdapat lapisan wartons’ jelly. wartons’ jelly adalah jaringan mukosa yang merupakan hasil deferensiasi dari jaringan mesenkimial (mesodermal).
2.5  Klarifikasi
Klarifiksi omfalokel menurut moore, yaitu;
Tipe I : diameter defek < 5 cm suatu defek yang sempit dengan kantong yang kecil mungkin tak terdiagnosis saat lahir. Dalam kasus ini timbul bahaya tersendiri bila kantong terpit klem dan sebagian isinya berupa usus, bagiannya teriris saat legasi tali pusat. Bila omfalokel dibiarkan tanpa penanganan, bungkusnya akan mengering dalam beberapa hari akan tempak retakan – retakan. Pada saat tersebut akan menjalar infeksi dibawah lapisan yang mengering dan berkrusta. Kadang dijuumpai lapisan tersebut akan terpecah dan usus akan prolap.
2.6  Komposisi
Komplikasi dini merupakan infeksi pada kantong yang mudah terjadi pada permukaan yang telanjang. Kelainan kongenital dinding perut ini mungkin di sertai kelainan bawaan lain yang memperburuk prognosis.
2.7  Penatalaksanaan
1.      Penatalaksanaan prenatal
Apabila diagnose omphalokel pada masa prenatal maka sebaiknya dilakukan informend consent pada orang tua tentang; keadaan janin, resiko terhadap ibu dan prognosis informend consent sebaiknya melibatkan semua dokter kandungan, ahli anak dan ahli bedah anak.
Keputusan akhir dibutuhkan gunna perencanaan dan penatalaksanaan berikutnya tanpa melanjutkan kehamilan atau mengakhiri kehamilan. Bila melanjutkan kehamilan sebaiknya observasi melalui pemeriksaan USG berkala juga di tentukan tempat dan cara melahirkan. Selama kehamilan omfalokel mungkin berkurang ukurannya atau bahkan rupture sehingga mempengaruhi prognosis.
2.      Pelaksanaan postnatal (setelah kelahiran)
Pelaksanaan postnatal meliputi penatalaksanaan segera setelah lahir (immediate postnatal), kelanjutan penatalaksanaan awal apakah berupa operasi atau non operasi (konservatif) dan penatalaksanaan post operasi, secara mum penatalaksanaan bayi dengan omfalokel dan gastroskisis adalah hampir sama.
Bayi sebaiknya dilahirkan atau segera di rujuk ke suatu pusat yang memiliki fasilitas perawatan intensif neonates dan bedah anak. Bayi dengan omfalokel biasanya mengalami lebih sedikit kehilangan panas tubuh sehingga membutuhkan resusitasi awal disbanding bayi dengan bayi dengan gastroskisis.
Penatalaksanaan segera bayi dengan omfalokel adalah sebagai berikut;
1.      Tempatkan bayi pada ruangan vang aseptic dan hangatuntuk mencegah kehilangan cairan, hipotermi dan infeksi.
2.      Posisikan bayi senyaman mngkin dan lembut untuk menghindari bayi menangis dan air swallowing. Posisikan kepala sebaiknya lebih tinggi untuk memperlancar drainase.
3.      Lakukan penilaian ada/tindakan distress respirasi yang mungkin membutuhkan alat bantu ventilasi seperti intubasi endotrakeal. Beberapa macam alat bantu ventilasi seperti masker tidak dianjurkan kerna dapat menyebabkan masuknya udara kedalam traktur gastrointestinal.
4.      Pasang pipa nesogastrik atau orogastrik untuk mengeluarkan udara dan cairan dari system usus sellinop dapat mencegah muntah, mencegah aspirasi, mengurangi distensi dan tekanan (dekompresi) dalam system usus sekaligus mengurangi tekanan intra abdomen, demikian pula perlu dipasang rectal tube untuk irigasi dan untuk dekompres system usus.
5.      Pasang keteter uretra untuk mengurangi destensi kandung kencing dan mengurangi tekanan intra abdomen.
6.      Pasang jalum intra vena (sebaiknya pada ekstremitas atas) untuk pemberian cairan dan nutrisi parenteral sehingga dapat menjaga tekanan intravaskuler dan menjaga kehilangan protein yang mungkin terjadi karna gangguan system usus dan untuk pemberian antibiotika broad spectrum.
7.      Lakukan monitoring dan stabilisasi suhu, status asam basa, cairan dan elektrolit.
8.      Pemeriksaan darah lain seperti fungsi ginjal, glukosa dan fungsi ginjal, glukosa dan hematokrik perlu dilakukan guna persiapan operasi bila diperlukan.
9.      Evaluasi adanya kelainan congenital lain yang di tunjukan oleh pemeriksaan rongent thoraks dan ekhokardiogram.
10.  Bila bayi akan di rujuk sebaiknya bayi di tempatkan dalam inkubator hangat dan tambah oksigen.
Penatalaksanaan non operasi ( konservatif)
Penatalaksanaan omfalokel secara konservatif dilakukan pada kasus omfalokel besar atau terdapat perbedaan yang besar antara volume organ – organ intra abdomen yang mengalami herniasi atau eviserasi dengan rongga abdomen seperti pada giant omfalokel atau terdapat status klinis bayi yang buruk sehingga kontra indikasi terhadap operasi atau pembiusan seperti pada bayi – bayi premature yang memiliki hyaline membrane disease atau bayi yang memiliki kelainan konginital berat yang lain seperti gagal jantung. Pada giant ornphalocele bisa terjadi hernias dari seluruh organ – organ intra abdomen dan dinding abdomen berkembang sangat buruk sehingga sulit dilakukan pentupan (operasi/repait) secara primer dan dapat membahayakan bayi. Walaupun demikian perihal mencoba merencanakan operasi pada giant ornphalocelesecara primer dengan modifikasi dan berhasil.
Tindakan non operasi secara sederhana dilakukan dengan dasar merangsang epitelisasi dari kantong atau selaput. Suatu saat setelah ranulasi terbentuk maka dapat dilakukan skin graft yang nanti akan terbentuk hernia ventralis yang akan dinepair pada waktu kemudian setelah status kardiorespirasi membaik.
Beberapa obat yang bisa digunakan untuk merangsang epitelisis adalah 0,25% merbromin (mercurochrome), 0,25% silver nitrat, siver sulvadiazine dan povidon iodine (betadine). Obat – obat tersebut merupakan  agen antiseptic yang pada awalnya memacu pertumbuhan eskar bekteriostatik dan perlaha – lahan akan terangsang epitelisasi. Abat tersebut berupa krim dan dioleskan pada permukaan selaput atau kantong dengan elastic dressing yang sekaligus secara perlahan dapat menekan dari isi kantong. Tindakan non operasi lain dapat berupa penekanan secara eksternal pada kantong. Beberapa material yang bisa digunakan ialah Ace wraps, valcro binder, in poliamid mesh yang diletakkan pada kulit.


Indikasi terapi non bedah adalah:
1.      Bayi dengan omfalokel raksasa (giant omphalocele) dan kelainan penyerta yang mengancam jiwa dimana penanganan harus didahulukan daripada omfalokelnya.
2.      Neonates dengan kelainan yang menimbulkan komplikasi bila dilakukan pembedahan.
3.       Yang Bayi dengan kelainan lain yang berat yang sangat mempengaruhi daya tahan hidup.
Penatalaksanaan dengan operasi
Tujuan mengembalikan organ visera abdomen kedalam rongga abdomen dan menutp defek. Dengan adanya kantong yang intak, tak diperlukan operasi emergenci, sehingga seluruh pemeriksaan fidik dan pelacakan kelainan lain yang mngkin ada dapat dikerjakan.
Keberhasilan penutupan primer tergantung pada ukuran defek serta kelainan lain yang mungkin ada (misalnya kelainan paru) tujuan operasi atau pembedahan adalahmemperoleh lama ketahanan hidup yang optimal dan menutupi defek dengan cara mengurangi herniasi organ –organ intra abdomen, oproksimasi dari kulit dan fascia serta dengan lama tinggal di Rumah Sakit yang pendek.
Operasi dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu primary closure (penutupan secara primer atau langsung) dan staged closure (penutupan secara bertahap). Standar operasi baik pada primary closure (penutupan secara primer atau langsung) dan staged closure (penutupan secara bertahap) banyak dilakukan pada sebagian besar pusat adalah dengan membuka dan menginsisi kantong.
Organ – organ intra abdomenkemudian di eksplorasi dan jika ditemukan malrotasi dikoreksi.
1.      primary closure
primary closure merupakan treatment of chice pada omfalokel kecil dan medium atau terdapat sedikit perbedaan antara volume organ – organ intra abdomen yang mengalami herniasi atau eviserasi dengan rongga abdomen.
2.      staged closure
staged closure biasanya dilakukan pada omfalokel dengan diameter defek < 5 cm.











BAB III
PENUTUP

          Kesimpulan
Omfalokel adalah penonjolan dari usus atau isi perut lainnya melalui akar pusat yang hanya dilapisi oleh peritoneum (selaput perut) dan tidak dilapisi oleh kulit.
Kelainan ini disertai dengan kelainan bawaan seperti kelainan kromosom, hernia diagframatika dan kelainan jantung.
Gejalanya banyak usus dan organ perut lainnya yang menonjol dan pengobatan yang paling bagu agar tidak cedera pada usus dan infeksi perut dilakukan dengan operasi pembedahan untuk menutupi usus.








DAFTAR PUSTAKA
Sudarti, Afroh Fauziah. (2012) Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Dan Anak Balita.
       Nuha Medika: Yogyakarta.
( http://jurnalNeonatus.pdf-UGM-CASE.Com ) di akses tanggal 25 juni 2016
Prawirohardjo, Sarwono. (2009) Ilmu Kebidanan, Edisi IV, Bina Pustaka Sarwono
       Prawirohardjo, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar