KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini
dalam bentuk dan isi yang sangat sederhana.
Salam dan salawat semoga selalu tercurah
kepada baginda Rasulullah SAW, dimana beliau adalah sosok yang sangat
dimuliakan dan dirindukan oleh seluruh umatnya, penulis sampaikan terima kasih kepada dosen dan rekan-rekan
yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini.
penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah yang akan penuis buat
selanjutnya.
Makassar , 25 juni 2016
Mariana
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Ruang lingkup masalah
1.3 Tujuan penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Omfalokel
2.2 Etiologi
Omfalokel
2.3 Fatofisiologis
Omfalokel
2.4 Diagnosa
Omfalokel
2.5 Klarifikasi Omfalokel
2.6
Komposisi Omfalokel
2.7
Penatalaksanaan Omfalokel
BAB III PENUTUP
1.Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB III PENUTUP
1.Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Masalah – masalah yang terjadi pada bayi baru lahir yang
diakibatkan oleh tindakan – tindakan yang dilakukan pada saat persalinan
sangatlah beragam. Trauma akibat tindakan, cara persalinan atau gangguan
kelainan fisiologi persalianan yang sering kita sebut sebagai cedera atau
trauma lahir.
Partus lama akan menyebabkan adanya tekanan tulang
pelvis, kebanyakan cedera lahir ini akan menghilang sendiri dengan perawatan
yang baik dan adekuat.
Keberhasilan penatalaksanaan kasus kelainan bayi dan
anak tergantung dari pengetahuan dasar dan penentan diagnosis dini, persiapan
praoperasi, tindakan anastesi dan pembedahan serta pasca operasi. Penatalaksanaan
perioperatif yang baik akan meningkatkan
keberhasilan penanganan kelainan bayi dan anak.
1.2 Ruang
Lingkup Masalah
Ruang
lingkup pembahasan yang akan dibahas yaitu mengenai penonjolan dari usus pada
bayi baru lahir atau biasa disebut omfalokel.
1.3 Tujuan
Penulisan
1. Mahasiswa mampu mempelajari asuhan kebidanan pada bayi
baru lahir dengan trauma lahir.
2. Untuk memaksimalkan penatalaksanaan perioperatif pada
obstuksi usus untk menurnkan morbiditas dan mortalitas pada bayi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Omfalokel adalah penonjolan
dari usus atau isi perut lainnya melalui akar pusat yang hanya dilapisi oleh
peritoneum (selaput perut) dan tidak dilapisi oleh kulit.
Omfalokel secara bahasa
berasal dari bahasa yunani omphalos yang berarti umbilicus tali pusat dan cele
yang berarti bentuk hernia. Omphalokel diartikan sebagai suatu defek sentral
dinding abdomen pada daerah cincin umbilicus (umbilical ring) atau cincin tali
pusat sehingga terdapat herniasi organ – organ obdomen dari cavum abdomen namun
masih dilapiasi oleh suatu kantong atau selaput. Selaput terdiri atas lapisan
amnion dan peritenium. Diantara lapisan tersebut kadang – kadang terdapat
lapisan wharton’sjells.
Omfalokel suatu keadaan
dimana visceral abdominal terdapat di luar cavum abdomen tetapi masih di dalam
kantong amnion. Omphalocele dapat diartikan sebagai kantong bening tidak
berpembuluh darah yang terdiri dari lapisan periteneum dan lapisan amnion pada pangkal tali pusat.
Omphalokel adalah herniasi sebagai isi intra abdomen melalui cincin umbilicus
yang terbuka kedalam dasar tali pusat. Ukurannya bervariasi dalam sentimeter,
di dalamnya berisi seluruh midgut, raster dan leper. Sekitar 70% kasus,
omphalokel berhubungan dengan kelainan yang lain. Kelainan kebanyakan adalah
kelainan kromosom.
Sudah lama dikenal bahwa
omphalokel sering berhbungan dengan kelainan penyerta lain, hal ini menunjukan
keikutsertaan perkembangan embriologi secara mum. Kelainan penyartaan terjadi
antara 30% sampai denan 70% termasuk kelainan kromosom. Frekuensi cenderung menurun,
kelainan jantung congenital, sindrom beckwith-wiedemann (bayi dengan besar masa
kehamilan : hiperinsulinisme, viseromegali dari ginjal, gladula suprarenalis
dan pankreas, makrosolia, tumor hepatorenal, ekstrofia kloaka.
2.2 Etiologi
Penyebab pasti terjadinya
omfalokel belum jelas sampai sekarang. Beberapa factor resiko atau factor yang
berperan menimbulkan terjadinya omfalokel diantaranya adalah infeksi, pengunaan
oabat dan rokok pada ibu hamil, defesiensi asam folak, hipoksia, pengunaan
salisilat, kelainan genetik serta
polihidramnion. Walaupun omphalokel pernah dilaporkan terjadi secara hereditas,
namun 50 – 70 % penderita berhubungan
dengan sindrom kalainan kongenital yang lain.
Sindrom kelainan kongenital
yang sering berhubungan dengan omphalokel diantaranya:
a. syndrome of upper midline development atau thorako
abdominal syndrome (pentalogy of centrell) berupa midline omphalocele, anterior
diaphragmatic hernia, sterna cleft, cardiac anomaly berupa ektopic cordis dan
vsd.
b. Syndrome of lower midline development benzpa bladder
(hipogastic omphalocele) atau cloacal atresia, inferforate anus, colonie
atresia, vesicointestinal fistula, sacrovenbral anomaly dan menin.wmyelecele
dan syndrome vang lain seperti beckwith-wiedemann syndrome,reiger syndrome,
prune-belly syndrome dan syndrome kelainan kromosom seperti telah disebutkan
Menurut Glasser
(2003) ada beberapa penyebab omphalokel, yaitu;
1. factor kehamilan dengan resiko tinggi, sepeti ibu
hamil sakit dan terinfeksi, pengunaan obat – obatan, merokok, dan kelainan
genetic. Factor – factor tersebut berperan pada timbulnya insufiensiensi
plasenta dan lahir pada kehamilan kurang atau bayi premature, diantaranya bayi
2. defisiensi asam folak hipoksia dan salisilat
menimbulkandefek dinding abdomen pada percbaan dengan tikus tetapi kemaknaannya
secara klinis masih sebatas pemikiran. Secara jelas minimbulkan peningkatan
MSAEP (Maternal Serum Alfa Feto Protein) pada pelacekan dengan ultrasonografi
memberikan suatu kepastian telah terjadi kelainan structural pada fetus bila
suatu kelainan didapati bersamaan dengan adanya omphalokel, layak untuk
dilakukan omniosetesis guna melacak kelainan genetic.
3. Polohidramnion diduga adanya artesia intestinal fetus
dan kemungkinan tersebut harus dilacak dengan USG.
2.3 Fatofisiologis
Pada janin usia 6 – 6 minggu
isi abdomen terletak di luar embrio di rongga selom. Pada usia 10 minggu
terjadi pengembangan lumen abdomen sehingga usus dari extra peritoneum akan
masuk rongga perut. Bila proses ini terhambat maka akan terjadi kantong di
pangkal umbilicus yang berisi usus, lambung kadang hati. Dindinya tipis terdiri
dari lapisan peritoneum dan lapisan amnion yang keduanya bening sehingga isi
kanting tengah tampak dari luar, keadaan ini disebut omfalokel. Bila usus keluar
dari titik terlemah dari kanan umbilicus, usus akan berada di luar rongga perut
tanpak dibungkus peritoneum dan amnion, keadaan ini di sebut gastroschisis.
2.4 Diagnosa
Dignosa omfalokel adalah
sederhana, namun perlu waktu khusus sebelum operasi dikerjakan, pemeriksaan
fisik secara lengkap dan perlu suatu rontgen dada serta ekokardiogram pada saat
lahir, ornphalokel diketahui sebagai defek dinding abdomen pada dasar cincin
umbilicus. Defek tersebut lebih dari 4 cm (bila defek kurang dri 4 cm secara
umum dikenal sebagai hernia umbilikalis) dan dibungkus oleh suatu kantong
membrane atau amnion. Pada 10o sampai 18o kantong mungkin
akan rupture dalam rahim atau sekitar 4o saat proses kelahiran.
Omfalokel raksasa (gnant
omphalocele) mempunyai suatu kantong vani, menempati hampir seluruh dinding
abdomen berisi hampir semua organ intraabdomen dan berhubungan dengan tidak
berkembang rongga perineum serta hipoplasi pulrnoner.
Diagnosis omphalokel ditegakkan berdasarkan gambaran
klinis dan dapat ditegakkan pada waktu prenatal dan pada waktu postnatal:
1. Diagnosa
prenatal
Diagnosa prenatalterhadap omfalokel sering ditegakkan
dengan bantuan USG. Defek dinding abdomen janin biasanya dapat dideteksi pada
saat minggu ke 13 kehamilan, dimana pada aat tersebut secara normal seharusnya
usus telah masuk seluruhnya kedallam kavum abdomen janin.
2. Diagnosa
postnatal (setelah kelahiran)
Gambarn klinik bayi baru lahir dengan omfalokel ialah
terdapatnya defek sentral dinding abdomen pada daerah tali pusat. Defek
bervariasi ukrannya, dengan diameter mulai 4 cm sampai 12 cm, mengandung
herniasi organ – organ abdomen baik solid maupun berongga dan masih dilapisi
oleh selaput atau kantong serta tampak tali pusat berinsersi pada puncak
kantong. Kantong atau selaput tersusun atas 2 lapisan yaitu lapisan luar berupa
selaput amnion dan lapisan dalam berupa lapisan peritoneum. Diantara lapisan
tersebut kadang – kadang terdapat lapisan wartons’ jelly. wartons’ jelly adalah
jaringan mukosa yang merupakan hasil deferensiasi dari jaringan mesenkimial
(mesodermal).
2.5 Klarifikasi
Klarifiksi omfalokel menurut moore, yaitu;
Tipe I : diameter defek <
5 cm suatu defek yang sempit dengan kantong yang kecil mungkin tak terdiagnosis
saat lahir. Dalam kasus ini timbul bahaya tersendiri bila kantong terpit klem
dan sebagian isinya berupa usus, bagiannya teriris saat legasi tali pusat. Bila
omfalokel dibiarkan tanpa penanganan, bungkusnya akan mengering dalam beberapa
hari akan tempak retakan – retakan. Pada saat tersebut akan menjalar infeksi
dibawah lapisan yang mengering dan berkrusta. Kadang dijuumpai lapisan tersebut
akan terpecah dan usus akan prolap.
2.6 Komposisi
Komplikasi dini merupakan
infeksi pada kantong yang mudah terjadi pada permukaan yang telanjang. Kelainan
kongenital dinding perut ini mungkin di sertai kelainan bawaan lain yang
memperburuk prognosis.
2.7 Penatalaksanaan
1.
Penatalaksanaan
prenatal
Apabila diagnose omphalokel pada masa prenatal maka
sebaiknya dilakukan informend consent pada orang tua tentang; keadaan janin,
resiko terhadap ibu dan prognosis informend consent sebaiknya melibatkan semua
dokter kandungan, ahli anak dan ahli bedah anak.
Keputusan akhir dibutuhkan gunna perencanaan dan
penatalaksanaan berikutnya tanpa melanjutkan kehamilan atau mengakhiri
kehamilan. Bila melanjutkan kehamilan sebaiknya observasi melalui pemeriksaan
USG berkala juga di tentukan tempat dan cara melahirkan. Selama kehamilan
omfalokel mungkin berkurang ukurannya atau bahkan rupture sehingga mempengaruhi
prognosis.
2.
Pelaksanaan
postnatal (setelah kelahiran)
Pelaksanaan
postnatal meliputi penatalaksanaan segera setelah lahir (immediate postnatal),
kelanjutan penatalaksanaan awal apakah berupa operasi atau non operasi
(konservatif) dan penatalaksanaan post operasi, secara mum penatalaksanaan bayi
dengan omfalokel dan gastroskisis adalah hampir sama.
Bayi sebaiknya dilahirkan atau segera di rujuk ke
suatu pusat yang memiliki fasilitas perawatan intensif neonates dan bedah anak.
Bayi dengan omfalokel biasanya mengalami lebih sedikit kehilangan panas tubuh
sehingga membutuhkan resusitasi awal disbanding bayi dengan bayi dengan
gastroskisis.
Penatalaksanaan
segera bayi dengan omfalokel adalah sebagai berikut;
1.
Tempatkan bayi
pada ruangan vang aseptic dan hangatuntuk mencegah kehilangan cairan, hipotermi
dan infeksi.
2.
Posisikan bayi
senyaman mngkin dan lembut untuk menghindari bayi menangis dan air swallowing.
Posisikan kepala sebaiknya lebih tinggi untuk memperlancar drainase.
3.
Lakukan
penilaian ada/tindakan distress respirasi yang mungkin membutuhkan alat bantu
ventilasi seperti intubasi endotrakeal. Beberapa macam alat bantu ventilasi
seperti masker tidak dianjurkan kerna dapat menyebabkan masuknya udara kedalam
traktur gastrointestinal.
4.
Pasang pipa
nesogastrik atau orogastrik untuk mengeluarkan udara dan cairan dari system
usus sellinop dapat mencegah muntah, mencegah aspirasi, mengurangi distensi dan
tekanan (dekompresi) dalam system usus sekaligus mengurangi tekanan intra
abdomen, demikian pula perlu dipasang rectal tube untuk irigasi dan untuk
dekompres system usus.
5.
Pasang keteter
uretra untuk mengurangi destensi kandung kencing dan mengurangi tekanan intra
abdomen.
6.
Pasang jalum
intra vena (sebaiknya pada ekstremitas atas) untuk pemberian cairan dan nutrisi
parenteral sehingga dapat menjaga tekanan intravaskuler dan menjaga kehilangan
protein yang mungkin terjadi karna gangguan system usus dan untuk pemberian
antibiotika broad spectrum.
7.
Lakukan
monitoring dan stabilisasi suhu, status asam basa, cairan dan elektrolit.
8.
Pemeriksaan
darah lain seperti fungsi ginjal, glukosa dan fungsi ginjal, glukosa dan
hematokrik perlu dilakukan guna persiapan operasi bila diperlukan.
9.
Evaluasi adanya
kelainan congenital lain yang di tunjukan oleh pemeriksaan rongent thoraks dan
ekhokardiogram.
10. Bila bayi akan di rujuk sebaiknya bayi di tempatkan
dalam inkubator hangat dan tambah oksigen.
Penatalaksanaan
non operasi ( konservatif)
Penatalaksanaan
omfalokel secara konservatif dilakukan pada kasus omfalokel besar atau terdapat
perbedaan yang besar antara volume organ – organ intra abdomen yang mengalami
herniasi atau eviserasi dengan rongga abdomen seperti pada giant omfalokel atau
terdapat status klinis bayi yang buruk sehingga kontra indikasi terhadap
operasi atau pembiusan seperti pada bayi – bayi premature yang memiliki hyaline
membrane disease atau bayi yang memiliki kelainan konginital berat yang lain
seperti gagal jantung. Pada giant ornphalocele bisa terjadi hernias dari
seluruh organ – organ intra abdomen dan dinding abdomen berkembang sangat buruk
sehingga sulit dilakukan pentupan (operasi/repait) secara primer dan dapat
membahayakan bayi. Walaupun demikian perihal mencoba merencanakan operasi pada
giant ornphalocelesecara primer dengan modifikasi dan berhasil.
Tindakan non
operasi secara sederhana dilakukan dengan dasar merangsang epitelisasi dari
kantong atau selaput. Suatu saat setelah ranulasi terbentuk maka dapat dilakukan
skin graft yang nanti akan terbentuk hernia ventralis yang akan dinepair pada
waktu kemudian setelah status kardiorespirasi membaik.
Beberapa obat
yang bisa digunakan untuk merangsang epitelisis adalah 0,25% merbromin
(mercurochrome), 0,25% silver nitrat, siver sulvadiazine dan povidon iodine
(betadine). Obat – obat tersebut merupakan agen antiseptic yang pada awalnya memacu
pertumbuhan eskar bekteriostatik dan perlaha – lahan akan terangsang
epitelisasi. Abat tersebut berupa krim dan dioleskan pada permukaan selaput
atau kantong dengan elastic dressing yang sekaligus secara perlahan dapat
menekan dari isi kantong. Tindakan non operasi lain dapat berupa penekanan
secara eksternal pada kantong. Beberapa material yang bisa digunakan ialah Ace
wraps, valcro binder, in poliamid mesh yang diletakkan pada kulit.
Indikasi terapi non bedah adalah:
1.
Bayi dengan
omfalokel raksasa (giant omphalocele) dan kelainan penyerta yang mengancam jiwa
dimana penanganan harus didahulukan daripada omfalokelnya.
2.
Neonates dengan
kelainan yang menimbulkan komplikasi bila dilakukan pembedahan.
3.
Yang Bayi dengan kelainan lain yang berat yang
sangat mempengaruhi daya tahan hidup.
Penatalaksanaan
dengan operasi
Tujuan
mengembalikan organ visera abdomen kedalam rongga abdomen dan menutp defek.
Dengan adanya kantong yang intak, tak diperlukan operasi emergenci, sehingga
seluruh pemeriksaan fidik dan pelacakan kelainan lain yang mngkin ada dapat
dikerjakan.
Keberhasilan
penutupan primer tergantung pada ukuran defek serta kelainan lain yang mungkin
ada (misalnya kelainan paru) tujuan operasi atau pembedahan adalahmemperoleh
lama ketahanan hidup yang optimal dan menutupi defek dengan cara mengurangi
herniasi organ –organ intra abdomen, oproksimasi dari kulit dan fascia serta
dengan lama tinggal di Rumah Sakit yang pendek.
Operasi dapat
dilakukan dengan 2 metode yaitu primary closure (penutupan secara primer atau
langsung) dan staged closure (penutupan secara bertahap). Standar operasi baik
pada primary closure (penutupan secara primer atau langsung) dan staged closure
(penutupan secara bertahap) banyak dilakukan pada sebagian besar pusat adalah
dengan membuka dan menginsisi kantong.
Organ – organ
intra abdomenkemudian di eksplorasi dan jika ditemukan malrotasi dikoreksi.
1.
primary closure
primary
closure merupakan treatment of chice pada omfalokel kecil dan medium atau
terdapat sedikit perbedaan antara volume organ – organ intra abdomen yang
mengalami herniasi atau eviserasi dengan rongga abdomen.
2.
staged closure
staged
closure biasanya dilakukan pada omfalokel dengan diameter defek < 5 cm.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Omfalokel adalah penonjolan
dari usus atau isi perut lainnya melalui akar pusat yang hanya dilapisi oleh
peritoneum (selaput perut) dan tidak dilapisi oleh kulit.
Kelainan ini disertai dengan
kelainan bawaan seperti kelainan kromosom, hernia diagframatika dan kelainan
jantung.
Gejalanya banyak usus dan
organ perut lainnya yang menonjol dan pengobatan yang paling bagu agar tidak
cedera pada usus dan infeksi perut dilakukan dengan operasi pembedahan untuk
menutupi usus.
DAFTAR
PUSTAKA
Sudarti, Afroh
Fauziah. (2012) Asuhan Kebidanan
Neonatus, Bayi, Dan Anak Balita.
Nuha Medika: Yogyakarta.
Nuha Medika: Yogyakarta.
( http://jurnalNeonatus.pdf-UGM-CASE.Com ) di akses tanggal 25 juni 2016
Prawirohardjo,
Sarwono. (2009) Ilmu Kebidanan, Edisi
IV, Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta
Prawirohardjo, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar