Autumn Falling Leaves

Selasa, 15 November 2016

Makalah Mioma



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Mioma uteri adalah tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai, ditemukan satu dari empat wanita usia reproduksi aktif (Robbins, 1997). Mioma uteri dikenal juga dengan istilah leiomioma uteri, fibromioma uteri atau uterin fibroid, ditemukan sekurang-kurangnya pada 20%-25% wanita di atas usia 30 tahun. Laporan lain dari suatu studi melalui pemeriksaan post mortem pada jenazah wanita menunjukkan angka kejadian mioma yang lebih tinggi yaitu mencapai 50% atau lebih (Djuwantono, 2004).
Sebagian besar kasus mioma uteri adalah tanpa gejala, sehingga kebanyakan penderita tidak menyadari adanya kelainan pada uterusnya. Diperkirakan hanya 20%-50% dari tumor ini yang menimbulkan gejala klinik, terutama perdarahan menstruasi yang berlebihan, infertilitas, abortus berulang, dan nyeri akibat penekanan massa tumor (Djuwantono, 2004).
Sampai saat ini penyebab pasti mioma uteri belum dapat diketahui secara pasti, namun dari hasil penelitian diketahui bahwa pertumbuhan dan perkembangan mioma uteri distimulasi oleh hormon esterogen dan siklus hormonal (Djuwantono, 2004).
Penelitian di Amerika Serikat yang dilakukan Schwartz, angka kejadian mioma uteri adalah 2-12,8 orang per 1000 wanita tiap tahunnya. Schwartz menunjukan angka kejadian mioma uteri 2-3 kali lebih tinggi pada wanita kulit hitam dibanding kulit putih (Victory et-al, 2006).

Penelitian Ran Ok et-al di Pusan Saint Benedict Hospital Korea menemukan 17% kasus mioma uteri dari 4784 kasus-kasus bedah ginekologi yang diteliti (Ran Ok et-al, 2007). Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39%-11,70% pada semua penderita ginekologi yang dirawat (Joedosaputro, 2005). Menurut penelitian yang di lakukan Karel Tangkudung (1977) di Surabaya angka kejadian mioma uteri adalah sebesar 10,30%, sebelumnya di tahun 1974 di Surabaya penelitian yang dilakukan oleh Susilo Raharjo angka kejadian mioma uteri sebesar 11,87% dari semua penderita ginekologi yang dirawat (Yuad H, 2005).
Pengobatan mioma uteri dengan gejala klinik pada umumnya adalah tindakan operasi yaitu histerektomi (pengangkatan rahim) atau pada wanita yang ingin mempertahankan kesuburannya, miomektomi (pengangkatan mioma) dapat menjadi pilihan (Djuwantono, 2004).










1.2 RUMUSAN MASALAH

1.  Jelaskan pengertian mioma  uteri ?
2.  jelaskan apa epidemiologi, etiologi dan patofisiologi mioma uteri ?
3. sebutkan gejala Klinis mioma uteri ?
4. jelaskan hubungan Mioma Uteri dan Kehamilan ?

1.2 TUJUAN PEMBELAJARAN

1.  mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan pengertian mioma  uteri
2.  mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan  apa epidemiologi, etiologi dan patofisiologi mioma uteri
3. mahasiswa diharapkan mampu menyebukan gejala Klinis mioma uteri
4. mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan hubungan Mioma Uteri dan Kehamilan






BAB II
PEMBAHASAN

2.1   pengertian mioma  uteri
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari lapisan otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan juga dikenal istilah fibromioma, leiomioma, ataupun fibroid. Mioma uteri adalah tumor jinak yang terutama terdiri dari sel-sel otot polos, tetapi juga jaringan ikat. Sel-sel ini tersusun dalam bentuk gulungan, yang bila membesar akan menekan otot uterus normal (Marwan, 2010). Myoma Uteri umumnya terjadi pada usia lebih dari 35 tahun. Dikenal ada dua tempat asal myoma uteri yaitu pada serviks uteri (2 %) dan pada korpus uteri (97%), belum pernah ditemukan myoma uteri terjadi sebelum menarche (Lesmana W, 2010).

2.2  epidemiologi, etiologi dan patofisiologi mioma uteri
·        Epidemiologi
 Diperkirakan mioma uteri terjadi pada satu dari empat wanita Amerika. Mioma uteri biasanya didapatkan pada usia reproduktif dan mengecil setelah menopause.3 Menurut Wallach, 2004, mioma uteri mengenai 20-40% wanita usia reproduktif. Suatu hasil penelitian dengan ultrasound menunjukkan adanya paling sedikit 1 mioma kecil pada 51% wanita. Mioma tumbuh di bawah pengaruh estrogen sehingga insidennya menurun pada wanita setelah menopause.4 Pada tahun 2001, Schwartz melakukan penelitian mengenai mioma, hasilnya menunjukkan bahwa Wanita Afrika Amerika memiliki kemungkinan mengalami mioma uteri tiga hingga empat kali lebih tingi daripada wanita ras kaukasia, mioma meningkat seiring dengan umur, menurun pada wanita yang melahirkan anak yang hidup, meningkat sebanding dengan body mass index, menurun pada wanita perokok, meningkat pada wanita yang banyak memakan daging mentah dan ham, menurun pada wanita dengan diet tinggi sayuran hijau.

·        Etiologi
Mioma muncul bila sel otot dalam uterus berkembang secara pesat membentuk suatu tumor. Penyebab pasti mioma belum diketahui secara jelas, namun terdapat bukti-bukti yang menunjukkan bahwa mereka membutuhkan estrogen untuk berkembang. Mioma dapat tumbuh selama kehamilan yakni suatu keadaan dimana terdapat jumlah estrogen yang tinggi. Setelah menopause di mana estrogen menurun, mioma jarang berkembang dan kadang-kadang menyusut. Pada keadaan ini, pengobatan jarang diperlukan. Pertumbuhan dan perkembangan mioma juga dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti progesteron. Sepertinya mioma juga terkait dengan faktor genetik. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa nutrisi dan gaya hidup berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan mioma.3 Sekitar 40-50% mioma memiliki karyotipik abnormalitas melibatkan kromosom 6, 7, 12, dan 14. Di dalam mioma itu sendiri terdapat identik dan monoklonal. Pada pasien dengan myoma multipel ditemukan kariotipe yang berbeda, hal ini menunjukkan bahwa setiap mioma muncul secara individual.

·        Patofisiologi
Walaupun mioma sering terjadi, hanya sedikit yang memperlihatkan manifestasi gejala. Gejala yang timbul tergantung dari ukuran, jumlah, dan lokasi mioma. Secara umum, pertumbuhan mioma merupakan hasil dari stimulasi estrogen yang ada sampai menopause. Sejalan dengan waktu, mioma yang asimtomatis dapat menjadi simtomatis. Dilihat dari mekanisme etiologinya, terdapat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan mioma ini, antara lain progesteron, estrogen, dan Peptide Growth Factor (PGF). Progesteron dapat meningkatkan aktivitas mitosis dari mioma, namun mekanisme dan faktor pertumbuhan yang terlibat belum jelas, selain itu progesteron juga menyebabkan pembesaran tumor dengan jalan menstimulasi produksi apoptosis-inhibiting protein yang berakibat pada penurunan apoptosis dari tumor. Sedangkan estrogen berpengaruh terhadap pembesaran tumor dengan meningkatkan produksi matriks ekstraseluler, dimana mioma mengandung reseptor estrogen dengan konsentrasi yang lebih tinggi daripada miometrium sekitarnya, namun lebih rendah dibandingkan endometrium.

Bukti-bukti yang menunjukkan peranan estrogen sebagai promotor pertumbuhan mioma antara lain :
- Mioma jarang ditemukan sebelum pubertas dan berhenti pertumbuhannya setelah menopause
- Mioma yang baru jarang muncul setelah menopause
- Sering terdapat pertumbuhan yang cepat dari mioma selama kehamilan
- GnRH agonis menyebabkan lingkungan yang hipoestrogenik yang berakibat pada reduksi tumor maupun ukuran uterus

Penelitian lebih lanjut menunjukkan adanya keterlibatan PGF (yakni Epidermal Growth Factor/EGF, insulin-like growth factor, platelet-derived growth factor) dalam regulasi pertumbuhan mioma, dimana EGF merangsang sintesis DNA pada mioma dan sel miometrium, sedang estrogen memacu efek tersebut melalui EGF. Selain faktor-faktor hormonal tersebut, terdapat juga faktor lokal yang mempengaruhi variasi besar tumor dan tingkat pertumbuhannya, antara lain suplai darah, kedekatannya dengan tumor lain, dan perubahan degeneratif.

2.3 gejala Klinis mioma uteri
Gejala klinis mioma uteri berhubungan dengan ukuran dan lokasi. Banyak wanita dengan mioma tidak menunjukkan gejala klinis. Sekitar sepertiga pasien wanita mengalami perdarahan uterus abnormal, nyeri, atau merasa adanya penekanan pada bagian bawah abdomen. Beberapa wanita mendapatkan perutnya membesar seperti saat hamil.
·        Perdarahan uterus abnormal
Perdarahan uterus abnormal merupakan gejala yang paling umum terjadi dan seringkali menjadi alasan untuk mencari pengobatan. Mioma intramural dan submukosa bisa membesar dalam kavitas uterus, mengakibatkan permukaan uterus yang lebih luas saat terjadinya perdarahan menstruasi. Tekanan dari mioma submukosa dalam endometrium bisa menyebabkan perdarahan berlebihan. Perdarahan ini awalnya berlangsung perlahan-lahan dalam jangka waktu yang lama dan secara bertahap memburuk sesuai dengan konsekuensi pembesaran mioma. Karena perdarahan abnormal ini bisa disebabkan oleh sebab-sebab yang lain seperti kanker endometrium dan permasalahan hormonal, sangat penting bagi wanita dengan mioma yang mengalami perdarahan abnormal untuk mengevaluasi kemunkinan penyebab perdarahan lain.
·        Nyeri
Pembesaran mioma yang sangat cepat bisa meningkatkan suplai darah dan degenerasi, mengakibatkan rasa nyeri dan kram. Hal ini paling banyak terjadi selama kehamilan. Mioma yang meleat ke uterus oleh suatu tangkai bisa mengalami pemuntiran dan menyebabkan nyeri yang amat sangat. Mioma yang besar dan padat dalam uterus bisa menyebabkan ketidaknyamanan saat berhubungan seksual. Wanita dengan mioma juga bisa mengalami nyeri kram saat menstruasi.


·        Adanya rasa penekanan pada pelvis
Beberapa pasien merasakan adanya penekanan pada yang meningkat pada pelvis, nyeri pada pelvis, atau nyeri pada punggung bagian bawah. Hal ini bisa saja disebabkan oleh hal lain, namun jika pada orang yang sama ditemukan adanya uterus yang membesar sesuai dengan masa kehamilan lebih dari 14-15 minggu, mioma patut dipertimbangkan. Beberapa mioma uteri bisa membesar keluar pelvis dan masuk ke dalam abdomen di mana pada keadaan ini pembesaran tersebut bisa diraba oleh pasien.4 Mioma yang besar bisa menekan organ pelvis di sekitarnya.3 Jika mioma menekan vesika urinaria yang teletak di depan uterus secara berlebihan bisa mempengaruhi frekuensi dan urgensi berkemih. Penekanan pada ureter yang mengalirkan urine dari ginjal ke vesika urinaria bisa mengakibatkan kerusakan ginjal jika mioma tidak diangkat. Mioma pada bagian bawah uterus bisa mengakibatkan penekanan pada usus besar dan rektum yang bisa menmbulkan nyeri saat terjadi perferakan usus besar , konstipasi, atau hemoroid.


2.4 hubungan Mioma Uteri dan Kehamilan
Mioma uteri dapat menurunkan fertilitas, namun ada juga kasus mioma uteri disertai dengan kehamilan dan diikuti dengan persalinan yang normal. Sehingga bila tidak ada sebab-sebab infertilitas lainnya, dapat dilakukan miomektomi untuk membesarkan kemungkinan terjadinya kehamilan. Angka kehamilan post miomektomi sebesar 25-40%.

·        Pengaruh mioma uteri pada kehamilan
Pengaruh mioma uteri terhadap kehamilan adalah dapat menyebabkan infertilitas, meningkatkan risiko terjadinya abortus karena distorsi rongga uterus khususnya pada mioma uteri submukosum, menyebabkan kelainan letak janin dan persalinan prematur. Saat proses persalinan mioma uteri dapat menghalangi kemajuan persalinan terutama yang letaknya pada serviks uteri dan menyebabkan terganggunya kontraksi rahim sehingga menyebabkan inersia uteri sekunder. Pada obstruksi jalan lahir oleh mioma uteri yang disertai kontraksi uterus yang kuat dapat menyebabkan terjadinya ruptur uteri. Penekanan akibat penurunan kepala janin dapat menimbulkan trauma pada mioma. Pasca persalinan mioma uteri dapat mengganggu kontraksi uterus sehingga menimbulkan atonia uteri yang menyebabkan terjadinya perdarahan pasca persalinan Karena adanya gangguan mekanik dalam fungsi miometrium, plasenta menjadi sukar lepas dari dasarnya. Pada masa nifas mioma uteri dapat menggangu proses involusi.

·        Pengaruh kehamilan pada mioma uteri
Tumor membesar terutama pada bulan-bulan pertama karena pengaruh estrogen yang kadarnya meningkat. Dapat terjadi degenerasi merah pada waktu hamil maupun pada masa nifas, yang kadang memerlukan pembedahan segera guna mengangkat sarang mioma. Keluhan dan gejala degenerasi merah adalah nyeri setempat dengan nyeri tekan saat dilakukan palpasi serta kadang terjadi panas yang tidak begitu tinggi. Leukositosis sedang sering ditemukan. Adakalanya peritoneum parietalis yang membungkus mioma uteri yang infark mengalami inflamasi dan timbul suara gesekan peritoneum. Degenerasi merah kadang sukar dibedakan dengan apendisitis, solusio plasenta, ureterolitiasis atau dengan pielonefritis. Tindakan pada keadaaan ini terdiri dari pemberian preparat analgesik seperti kodein. Yang paling sering terjadi, keluhan dan gejala tersebut mereda dalam waktu beberapa hari. Meskipun jarang mioma uteri bertangkai dapat juga mengalami torsi dengan gejala dan tanda sindrom abdomen akut. Mioma uteri dapat terinfeksi ketika terjadi metritis puerperium atau abortus septik, dan kemungkinan infeksi ini lebih besar lagi bila letak mioma uteri di dekat tempat implantasi plasenta atau jika suatu instrumen seperti alat kuret menembus mioma uteri ini. Apabila mioma uteri tersebut mengalami infark, risiko terjadinya infeksi akan meningkat dan kemungkinan kesembuhan infeksi berkurang kecuali bila segera dilakukan histerektomi.



























BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
·        Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari lapisan otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan juga dikenal istilah fibromioma, leiomioma, ataupun fibroid.
·        Terdapat epidemiologi, etiologi dan patofisiologi mioma uteri
·        gejala Klinis mioma uteri Perdarahan uterus abnormal , nyeri dan Adanya rasa penekanan pada pelvis
·        hubungan Mioma Uteri dan Kehamilan Mioma uteri dapat menurunkan fertilitas, namun ada juga kasus mioma uteri disertai dengan kehamilan dan diikuti dengan persalinan yang normal. Sehingga bila tidak ada sebab-sebab infertilitas lainnya, dapat dilakukan miomektomi untuk membesarkan kemungkinan terjadinya kehamilan. Angka kehamilan post miomektomi sebesar 25-40%.








DAFTAR PUSTAKA
Hanifa, W. Tumor Jinak Pada Alat Genital dalam Ilmu Kandungan. Edisi III, Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1999;338-345

American society for reproductive medicine (ASRM). Abnormal Uterine Bleeding. Available at : http://www.asrm.org/Patients/patientbooklets/abnormalbleeding.pdf (Accessed : June 1, 2007)













Tidak ada komentar:

Posting Komentar